Mempertanyakan Arah Pendidikan Kita
Refleksi Singkat Kaca Mata Anies Baswedan
#1
Oleh: Krisna Wijaya
Transformasi Pendidikan Abad 21
Abad 21 merupakan masa yang ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesatnya dalam aspek kehidupan manusia, termasuk di dalamnya aspek pendidikan. Ketika kita berbicara mengenai pendidikan, maka sejatinya kita sedang membicarakan mengenai kehidupan manusia. Pendidikan bukan hanya sekedar mendapatkan nilai dengan mengerjakan soal ujian di sekolah, bukan pula sekedar menyiapkan infrastruktur seperti calon penerus kepemimpinan bangsa semata. Pendidikan pada hakikatnya adalah tentang proses pembiasaan yang menumbuhkan akhlak dan karakter di dalamnya. Karena karakter dan akhlak itu tidak tumbuh lewat pengajaran, namun hal itu tumbuh lewat pembiasaan. Berbicara mengenai transformasi pendidikan abad 21, beliau menyampaikan ada poin-poin penting yang harus di pegang oleh setiap penyelenggara pendidikan. Poin-poin tersebut adalah sebagai berikut:
- Akhlak Karakter.
Karakter dalam konteks ini terbagi menjadi 2, yaitu karakter moral dan karakter kinerja. Pertama, karakter moral dapat kita ketahui bersama seperti beriman, bertakwa, rendah hati, jujur, dll. Kedua, adalah karakter kinerja. Contoh dari karakter kinerja seperti kerja keras, tangguh, ulet, cekatan, tidak mudah menyerah,dll. Kita harus memformulasikan pendidikan kita agar kedua aspek ini dapat tumbuh dalam diri peserta didik. Kita tidak mengharapkan ada seorang anak yang memiliki sifat pekerja keras, kerja cepat, kerja cerdas, namun dia culas di saat yang bersamaan. Dan kita juga tidak menginginkan adanya seorang anak yang memiliki perilaku jujur, berbudi luhur, rendah hati, namun di saat yang bersamaan dia malas dalam beraktifitas.
Hal yang tidak kalah penting dari kedua aspek diatas adalah integritas. Unsur ini kedepannya akan sangat dihargai sekaligus sangat dibutuhkan. Sebagai sebuah antisipasi hidup di era yang penuh dengan integritas ini, maka mempersiapkan hal itu ke dalam formulasi pendidikan kita adalah sebuah keharusan. Oleh karena itu, formulasi pendidikan kita setidak-tidaknya berusaha untuk menumbuhkan aspek-aspek ini dalam diri peserta didik.
- Kompetensi literasi.
Kompetensi literasi dimaknai sebagai sebuah keterbukakan wawasan. Literasi ini terbagi menjadi 2 macam, pertama literasi minat baca dan literasi daya baca. Literasi minat baca bisa saja tumbuh dalam diri setiap peserta didik, namun untuk kemampuan literasi daya baca belum tentu bisa tumbuh sebaik aspek minat baca. Beliau menggambarkan dengan sebuah analogi rutinitas keseharian membaca WhatsApp (WA). Rutinitas membaca pesan WA apalagi hanya dengan metode scanning saja masihlah merupakan literasi dalam ranah minat baca semata. metode scanning ini ditandai dengan apabila kita telah menemukan hal yang kita cari dalam pesan tersebut maka kita akan sudahi aktivitas membacanya. Hal itu hanya masuk kedalam ranah literasi minat baca. Berbeda dengan literasi daya baca. Literasi daya baca tersusun atas berbagai konsep yang terkandung di dalamnya, konsep tersebut seperti konsep refleksi, intepretasi, dan sekaligus terdapat aktivitas deep learning yang menjadikannya berbeda dengan proses membaca scanning dalam ranah literasi minat baca. Oleh Karena itu, ketika kita membicarakan mengenai literasi maka kedua hal ini tidak boleh dipisahkan.
Literasi daya baca ini dapat dicontohkan seperti ketika kita melihat buku yang tebalnya 400-500 halaman maka kita tidak gentar untuk membacanya. Karena kita memiliki kemampuan daya baca untuk menghadapinya. Hal yang tidak kalah penting dari kedua aspek literasi di atas adalah literasi ini memiliki berbagai macam pembagian di dalamnya. Macam-macam pembagian tersebut seperti literasi budaya, finansial, teknologi, kewarganegaraan, dll. Komponen literasi-literasi tersebut harus diperhatikan dengan seksama oleh para penyelenggara pendidikan dalam mengawal laju arah pendidikan agar kompetensi literasi tetap ada dalam proses pembelajaran.
- Kompetensi 4K
Unsur 4K disini merupakan singkatan dari 4 kemampuan yang harus ditumbuhkan dalam proses pembelajaran. Keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan berpikir kritis.
b. Kemamampuan untuk berpikir kreatif
c. Kemampuan berpikir kolaboratif
d. Kemampuan komunikasi
Keempat komponen ini merupakan unsur yang perlu diperhatikan dengan seksama oleh para penyelenggara pendidikan agar proses pendidikan berorientasi pada penumbuhan keempat unsur ini sebagai solusi tantangan dalam menghadapi transformasi pendidikan abad 21.
Selain ketiga unsur penting di atas, beliau juga berharap bahwa institusi pendidikan saat ini secara serius mempertanyakan kembali mengenai apakah proses pembelajaran yang mereka lakukan saat ini bisa menjawab tantangan transformasi pendidikan abad 21 atau tidak dengan mempertanyakan 3 hal sebagai berikut:
- Apakah dalam proses pendidikan sudah terjadi proses pembiasaan?
- Apakah dalam proses pendidkan sudah menumbuhkan literasi dasar pada mereka?
- Apakah dalam proses pendidikan sudah ada kompetensi yang ditumbuhkan?
Bersambung …
[i] Bpk. Anies Rasyid Baswedan, Ph.D, Transformasi penddikan abad 21 untuk mengembangkan pendidikan bermutu dan berkarakter (disampaikan saat acara International Webinar Youth Education Festival oleh Fakultas Tarbiyah Universitas Darussalam Gontor, Ponorogo, 28 September 2021).