Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia #4
Membaca Kaca Mata Pendidikan Haidar Bagir
#4
Oleh: Krisna Wijaya
Refleksi Pendidikan Karakter
Makna karakter
Istilah “karakter” berasal dari kata charassein (Bahasa Yunani) yang bermakna mengukir (to engrave), atau memahat. Selain bermakna pahatan, kata charassein dapat dipakai untuk menunjuk pada cap yang dihasilkan dari besi panas, yang ditempelkan ke binatang ternak sebagai penanda kepemilikan. Artinya, karakter ini merupakan sesuatu yang memang bersifat tetap, susah (tidak bisa) berubah, sebagaimana sebuah ukiran atau pahatan.
Dari pengertian di atas, karakter kemudian dimaknai sebagai ciri khusus atau pola perilaku yang melekat pada seorang individu dan bersifat tetap atau sulit berubah. Dalam pengkajian mengenai karakter, para ahli kemudian membagi karakter ke dalam dua aspek. Pertama, karakter unjuk kerja (performance karakter). Karakter kerja ini dapat didefinisikan sebagai pilihan dalam bentuk sikap yang baik dan positif didasari oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki individu dalam melaksanakan pekerjaannya.
Karakter kerja ini meliputi fokus (focus), percaya diri (confidence), kompetisi (competitiveness), disiplin diri (self discipline), dan kekuatan mental (mental toufhness) yang dimiliki individu dalam rangka meraih kesuksesan kerja dan kesuksesan hidup. Kedua, karakter moral yang oleh Dr. Haidar Bagir jelaskan bahwa karakter moral ini yang nantinya akan menentukan keselamatan dan kebahagiaan individu secara umum.
Kata “moral” atau “moralitas” ini terkait dengan sifat atau nilai “baik-buruk” dari suatu sikap atau tindakan dalam hubungannya dengan kebaikan hati. Keilmuan mengenai hal ini kita pahami bersama disebut sebagai etika. Karakter moral ini biasanya kita kenal terdiri atas kebaikan seperti kejujuran, kesabaran, kekuataan/ketabahan, dll. Kedua jenis karakter ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karakter kerja tanpa dibarengi dengan karakter moral maka berkemungkinan / beresiko akan terkontaminasi oleh semacam moral hazard. Yaitu sikap tidak bertanggung jawab dan kesediaan mengorbankan kebaikan orang lain demi kepentingan diri sendiri jika kesempatan itu memungkinkan.
Dari pembahasan di atas, maka menjadi sebuah keharusan untuk melihat dari mana sumber karakter ini. Secara umum ada perbedaan antara pandangan dunia “Barat” dan “Timur” mengenai hal ini. Oleh sebab itu, untuk bisa menemukan titik tengah agar dapat berpadu dalam sebuah keseimbangan di antara keduannya diperlukan pengkajian mengenai kedua hal itu. Agar tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan sebagaimana yang disampaikan oleh Bpk. Anies Baswedan bahwa, “Kita tidak ingin anak didik kita pekerja keras, ulet, cekatan, namun dia pembohong. Kita juga tidak ingin anak didik kita jujur, rendah hati, namun dia malas melakukan aktifitasnya.”
Problem Pendidikan Karakter dalam Kurikulum
Setiap kurikulum yang baik perlu menjabarkan secara jelas mengenai tujuan, isi, proses, evaluasi, dll. Sebuah kurikulum yang baik perlu perjuangan untuk merumuskan tujuan dari setiap aspek pembangun di dalamnya. Hal ini sangat diperlukan agar bangungan dari kurikulum tersebut bisa saling berintegrasi dan saling mendukung dalam satu kesatuan yang sistmatis.
Segala permasalahan pendidikan yang ada, salah satunya disebabkan karena permasalahan pada aspek kurikulum. Kurikulum ini menjadi suatu pembahasan yang penting karena kedudukan kurikulum ini akan menjadi pedoman bagi segenap pendidik untuk melaksanakan pembelajara pada ranah yang lebih praktis.
Tujuan kurikulum sendiri sebenarnya telah jelas tercantum dalam UU Sisdiknas, yakni: “… agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” Telah jelas disebutkan bahwa pengembangan sikap atau watak (attitude atau character) serta akhlak mulia (budi pekerti/moral) merupakan aspek sentral dalam tujuan kurikulum pendidikan di Indonesia.
Lantas yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimaksud dengan character atau moral education? Karakter dan nilai moral apa saja yang perlu dikembangkan dalam diri peserta didik? Dan bagaimana caranya? Bagaimana ia dijabarkan secara praktis dalam kurikulum pendidikan?
Bersambung …