Pemikiran

Worldview Ekonomi Islam

Oleh: Krisna Wijaya

Sebuah Refleksi Kebangkitan Ekonomi Umat #2

 

Kembali mengingat bahwa ada perbedaan besar antara seseorang yang melihat makna kesejahteraan berbasiskan worldview Islam dengan worldview selain Islam. Mereka (Barat) melihat kesejahteraan sebagai sesuatu yang bersifat fisik semata dan tidak sampai pada ranah kesejahteraan yang bersifat metafisik. permasalahan ini apabila kita cermati, maka pangkal dari permasalahan itu sebenarnya berangkat dari perbedaan basic belief dalam melihat hakikat ekonomi yang sebenarnya.

 

Menguraikan Konsep Ekonomi Islam

Konsep kesejahteraan yang ditawarkan oleh Barat tentu berbeda dengan konsep kesejahteraan yang Islam tawarkan. Karena sejatinya Islam memandang sesuatu secara holistik, yaitu meliputi ranah material (fisik) dan non material (metafisik).

 

Termasuk dalam disiplin ilmu ekonomi, Islam memandang bahwa setiap kegiatan manusia di bumi ini tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan (ilahiyah). Karena itu, Islam menjadikan setiap permasalahan dalam ekonomi memiliki hubungan erat dengan bidang lainnya, seperti: keimanan; psikologi, sosiologi; hukum; dll.[1]

 

Hal di atas merupakan bentuk dari sebuah susunan kesatuan realitas yang sistematis dan fungsional, yang jika dipisahkan secara paksa akan menimbulkan ketidakseimbangan realitas.[2] Dimensi metafisik inilah yang akan berperan dalam mempengaruhi realitas hakikat dari dimensi fisik yang kita lihat sehari-hari.

 

Oleh karena itu, nilai-nilai yang terdapat dalam Islam ini harus dibawa dan diolah untuk kemudian menjadi sebuah paradigma. Hal inilah yang dalam dasawarsa terakhir terkenal dengan istilah Islamic worldview / Islam sebagai sebuah pandangan dunia.

 

Islamic worldview ini menjadi sebuah kewajiban yang harus digunakan oleh setiap muslim untuk menentukan hakikat dari ekonomi yang sebenarnya. Tanpa adanya worldview ini, maka ekonomi yang dipelajari hanya sebatas ilmu tanpa adanya ruh di dalamnya.[3]

 

Oleh karena itu, metode dan pendekatan dalam ilmu ekonomi Islam tidak dapat disamakan dengan metode dan pendekatan yang digunakan dalam pandangan dunia (wordview) Barat.

 

Ilmu ekonomi Islam tidak seharusnya terjebak dalam metode dan pendekatan Barat dalam menjelaskan teori-teorinya. Seharusnya, ilmu ekonomi Islam dapat dipahami dengan menggunakan metode dan pendekatan yang dapat diterima dalam pandangan Islam (Islamic Worldview).

 

Kemudian, metode dan pendekatan yang sesuai dengan Islamic worldview akan dapat terwujud apabila ilmu ekonomi Islam dipahami sebagai satu kesatuan dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan Islam lainnya (tanpa dikotomi ilmu).

 

Inilah bentuk salah satu bentuk karakteristik dari Islamic worldview dalam memandang ilmu pengetahuan, yaitu tidak ada dikotomi di dalamnya.

 

Islamic Worldview

Orang yang pertama kali mempopulerkan istilah worldview di Barat adalah filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), dalam bukunya Critique of Power of Judgment. Term yang dipakai dalam bahasa Jerman adalah weltanschauung (welt: dunia, anscauung: perpsepsi, rasa atau intuisi), menggambarkan intuisi seseorang tentang objek dunia yang dia amati.[4]

 

Worldview harus merupakan sebuah pandangan hidup yang komprehensif yang melandasi cara berpikir, memahami, dan menghukumi, serta menentukan pendekatannya menyangkut hidup dan makna hidup, baik menyangkut aspek kognitif maupun psikomotorik.

 

Prof. Alparslan Acikgence, guru besar filsafat di Turkey mengatakan, worldview merupakan fondasi seluruh perilaku manusia, termasuk peilaku ilmiah dan teknologi, karena seluruh perilaku manusia adalah bersumber dari worldview-nya.[5]

 

Pemaknaan term worldview ini tentu memiliki banyak versi dan model pemaknaan yang beraneka ragam. Namun jika di Barat dikenal dengan weltanschauung atau worldview, term yang berkembang di kalangan ulama-ulama cukup beragam.

 

Beberapa term yang berkembang itu seperti At-Tashawwur al-Islamy li al-Wujud, Nadzrah Islamyyah ila al-waqi, Ru’yat al-Islam li al-wujud, dll.

 

Secara terminologis, Prof. Hamid mencoba mengumpulkan dan menggabungkan berbagai definisi yang tersebar seperti dari Ninian Smart, Alparslan Acikgence, Syed Naquib al-Attas, dll. yang jika diuraikan, maka worldview memiliki makna-makna sebagai berikut.

 

Pertama, worldview adalah sistem kepercayaan asasi yang integral di dalam diri manusia. Kedua, dimensi worldview meliputi pikiran dan perasaan manusia. Ketiga, worldview berguna memberi penjelasan mengenai realitas dan makna eksistensi. Keempat, worldview berperan dalam keberlangsungan dan perubahan moral dan sosial. Kelima, worldview menjadi asas perilaku manusia termasuk aktivitas ilmiah dan teknologis. Keenam, worldview adalah faktor penting dalam penalaran saintifik, yang dalam kajian sains serupa dengan paradigma. Ketujuh, worldview seperti halnya paradigma, menyediakan nilai, standar, dan metodologi.[6]

 

Dengan mengetahui berbagai definisi term di atas, lantas, bagaimanakah Islamic worldview memandang dan mendudukan ilmu ekonomi?

 

 

Bersambung …

 

 

[1] Abdurrahman Misno, Falsafah Ekonomi Syariah, (Yogyakarta: Bintang Pustaka Madani, 2020), h. 38.

[2] Isjoni, Membangun Visi Bersama; Aspem-aspek Penting dalam Reformasi Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006). h. 155.

[3] Abdurrahman Misno, Falsafah Ekonomi Syariah, Op. Cit., h. 25.

[4] Abas Mansur Tamam, Islamic Worldview: Paradigma Intelektual Muslim, (Jakarta: Spirit Media Press, 2017), h.

[5] Hamid Fahmy Zarkasyi, Worldview Sebagai Asas Epistemologi Islam, Jurnal Islamia, Jakarta: INSISTS, tahun II No. 5/April-Juni 2005, h. 10-11; mengutip dari Alparslan Acikgence, The Framework for A History of Islamic Philosophy, Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), 1996, Vol.1, No. 1-2, h. 6.

[6] M. Kholid Muslih, dkk. Worldview Islam: Pembahasan tentang Konsep-Konsep Penting dalam Islam, (Ponorogo: Direktorat Islamisasi Ilmu, 2019), h. 4.

 

 

Baca juga satuan umur

Researcher at Centre for Islamic Education and Contemporary Studies (CIECS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *