Goresan Lisan Nasihat Peradaban: Al-Ustadz Dr. Khoirul Umam, M.Ec.
Di setiap perjumpaan, pasti akan ada sebuah perpisahan. Inilah yang saat ini sedang menyapa UNIDA Gontor di akhir tahun akademiknya. Liburan akhir semester telah telah datang mengetuk pintu Darussalam.
Suara sirine, qiro Masjid, kajian subuh, kajian misykat, dll., rasa-rasanya akan menjadi sebuah momen kerinduan yang kelak akan kita rindukan bersama
Sekali lagi, tak terasa waktu liburan itu telah hadir di tengah-tengah kita. Hal ini juga menjadi sebuah refleksi bagiku. Tentang sudah seberapa dekat diriku dengan tujuan yang ingin kucapai di kampus ini.
Kunjungan Ilmiah
Hari ini, Jum’at, 19 Maret 2022
Sebelum perpulangan liburan akhir semester, kuputuskan untuk berkunjung dan bersilaturahim ke beberapa asatidz yang ada di kampus Darussalam ini.
Berkunjung tuk memohon doa dan nasihat, berharap menjadi pribadi yang lebih baik daripada hari kemarin. Pada kesempatan ini, kuputuskan untuk berkunjung ke kediaman al-Ustadz Khoirul Umam sebagai pilihan pertama. Selain bersilaturahim dan meminta nasihat, sedikit kuutarakan kepada beliau mengenai sebuah impian dan langkah perjuangan mengenai harapan membangun komunitas literasi mahasiswa “Mata Air” di kampus Darussalam ini.
خير الناس أنفعهم للناس
“Manusia paling baik adalah orang yang paling bermanfaat sesama,” tegas al-Ustadz Dr. Khoirul Umam dalam memulai nasihatnya.
Tidak hanya itu, beliau juga menjelaskan bahwa kebermanfaatan itu memiliki corak yang berbeda-beda. Artinya, tidak semua orang harus memiliki satu corak kebermanfaatan yang sama antara satu dengan yang lainnya.
Coba bayangkan, bagaimana bila negara Indonesia yang berpenduduk 270 juta jiwa ini dihuni oleh satu suku, ras, bahasa, atau agama yang sama tanpa ada perbedaan. Apakah moto Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis pada lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila itu menjadi sebuah moto yang prestisius lagi? Tentu jawabannya tidak.
Keberanekaragaman itulah yang menjadi corak khas akan kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Begitu juga sebagai seorang makhluk ciptaan terbaik yang bernama manusia.
Maha Besarnya Allah adalah dengan menciptakan keberanekaragaman multidimensi di alam semesta ini sebagai bentuk dari kebesaran-Nya. Tidak hanya ras, agama, bahasa, suku semata, bahkan dalam tataran yang lebih rinci bernama aspek kebermanfaatan.pun juga memiliki kebanekaragaman di dalamnya.
Di sinilah, al-Ustadz Dr. Khoirul Umam menjelaskan mengenai maha baiknya Allah adalah dengan menciptakan kebermafaatan manusia itu terbagi ke dalam berbagai bentuk yang beranekaragam.
Maksudnya, setiap dari kita memiliki kesempatan untuk menjadi manusia yang bermanfaat sesuai dengan potensi yang kita miliki masing-masing. Karena masing-masing dari kita adalah insan yang unik dan potensial dengan keunikannya masing-masing.
Misal
Sebagian dari kita barangkali memiliki passion dalam kepenulisan, maka jadikanlah kepenulisan itu menjadi sebuah potensi kebermanfaatan untuk kebaikan bersama.
Sebagian dari kita barangkali memiliki passion public speaking yang baik, maka jadikanlah passion itu menjadi sebuah potensi kebermanafaatan yang bisa kita maksimalkan kebaikannya di tengah-tengah masyarakat, dll.
Kita harus sadar, bahwa tidak setiap orang harus menjadi matahari untuk menyinari dunia di siang hari. Bukankah di kala gelap juga masih memungkinkan? Menjadi bintang dalam kegelapan malam misalnya …
Tetap bersinar walaupun berada di tengah kegelapan malam.
Potensi Kebermanfaatan
Berbicara mengenai potensi, kuteringat akan pesan yang pernah disampaikan oleh Dr. Haidar Bagir dalam bukunya Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia bahwa, “Setiap manusia bak benih, yang menyimpan segenap kesempurnaan dalam dirinya. Lemparlah begitu saja di tanah yang subur, siram seperlunya, rawat dengan penuh cinta, ia akan jadi tumbuhan yang segar, rimbun, dan mengeluarkan banyak bunga indah, serta buah-buahan bermanfaat yang berlimpah.
Bahkan semenjak penciptaan kita, potensi untuk menjadi sebaik-baik makhluk atau justru sebaliknya pun telah ada dalam diri manusia.
Oleh karena itu, beliau ingatkan sebuah hadits yang berbunyi:
مِن حُسنِ إِسلَامِ المَرءِ تَركُهُ مَا لَا يَعنِيهِ
“Merupakan tanda baiknya Islam seseorang adalah ketika dia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya.”
Pertanyaannya adalah tentang bagaimana menjadikan setiap potensi yang kita miliki itu menjadi sebuah kebermanfaatan? Maka jawabannya adalah dengan memaksimalkan peluang-peluang kebaikan dan tidak memberi ruang bagi keburukan untuk datang menyapa diri kita.
Walaupun masih saja khilaf.
Walaupun masih sering mengulang kesalahan yang sama.
Jangan pernah berhenti atau berbalik arah ke belakang.
Sampai tiba momentum pertolongan Allah itu datang kepada hamba-Nya.
Tetap semangat berusaha menjadi orang-orang baik “)
#Satu langkah lebih dekat untuk gerakan literasi “Mata Air Goresan Ilmu” mahasiswa UNIDA Gontor