Adab dan Pendidikan
Oleh: Krisna Wijaya
Pada tahun 1977, sebuah konferensi pendidikan Islam internasional yang membahas mengenai permasalahan pendidikan umat Islam diadakan untuk yang pertama kalinya. Kota Makkah menjadi tuan rumah kehormatan dalam penyelenggaraan acara ini.
Konferensi itu membahas sebuah topik permasalahan besar yang sedang melanda mayoritas umat Islam di seluruh dunia. Salah satu makalah penting yang diangkat dalam konferensi itu berjudul “The Dewesternization of Knowledge” yang disampaikan oleh Prof. Naquib al-Attas.
Konsep Pendidikan Berbasis Adab
Gagasan islamisasi ilmu pengetahuan pertama kali digagas dan disampaikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas di hadapan 330 ilmuan Muslim yang hadir pada onferensi pertama pendidikan Islam Internasional di Makkah pada tahun 1977, Saudi Arabia.
Beliau menyampaikan bahwa, problem utama permasalahan umat Islam saat ini adalah hilangnya adab (loss of adab) disebabkan oleh ilmu pengetahuan Barat.[1] Gagasan tersebut merupakan respon atas hegemoni ilmu pengetahuan Barat yang rancu dengan mengangkat keragu-raguan sebagai sumber dari ilmu pengetahuan.[2]
Peradaban Barat tidah hanya mengangkat keragu-raguan sebagai sumber dari ilmu pengetahuan, namun juga praduga-praduga, atau prasangka-prasangka, dan usaha-usaha skeptis tanpa didasari oleh wahyu merupakan sumber dalam mencapai kebenaran.[3]
Untuk merespon tantangan hegemoni ilmu pengetahuan Barat yang memisahkan antara ilmu dengan agama, beliau menggulirkan gagasan islamisasi ilmu pengetahuan sebagai solusinya. Tahun 1978, beliau menulis buku Islam and Secularism, yang lebih mempertajam gagasannya.
Tidak berhenti menorehkan karya, pada tahun 1980, beliau menulis kembali sebuah buku tentang yang membahas mengenai pendidikan Islam dengan judul The Concept of Education in Islam. Kemudian ide-idenya tentang islamisasi ilmu pengetahuan pada tahun 1995 dibukukan dengan judul Prolegomena to the Methaphysics of Islam.[4]
Kaitannya dengan pendidikan, konsep adab juga beliau rumuskan sebagai langkah solutif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi pada diri umat Islam. Dr. Ardiansyah dalam disertasinya menjelaskan bahwa konsep adab bukanlah hal yang baru dalam Islam.
Para ulama telah menekankan mengenai penting dan fundamentalnya konsep itu dalam ajaran agama. Hal itu bisa kita lihat bukti sejarahnya dari kitab-kitab para ulama yang begitu komprehensif dalam membahas mengenai masalah adab ini.
Maka dari itu, konsep adab ini bukanlah lah baru dalam ajaran Islam, namun kaitannya dalam konteks menjawab permasalahan modern, al-Attas kemudian memaknai adab sebagai tindakan yang benar yang bersemi dari disiplin diri yang dibangun di atas ilmu dan bersumberkan hikmah (right action that spring from self-discipline founded upon knowledge whose source is wisdom).[5]
Selain merumuskan konsep adab dalam konteks keilmuan modern, al-Attas juga mengaplikasikan konsep ini dalam institusi pendidikan yang didirikannya, yaitu ISTAC (International Institute of Islamic Thought and Civilization) di Kuala Lumpur.
Meskipun sejak tahun 2002 al-Attas telah diberhentikan dari ISTAC, namun gagasan beliau semakin luas dipahami dan diperjuangkan. Adalah Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud yang bisa dikatakan berjasa besar dalam menjelaskan, mengembangkan, dan melanjutkan konsep adab dalam berbagai institusi pendidikan, termasuk salah satunya adalah pendirian CASIS-UTM (Center for Advance Studies on Islam, Science, and Civilisation – Universiti Teknologi Malaysia).[6]
Oleh karena itu, konsep pendidikan adab dengan basis islamisasi ilmu pengetahuan ini digagas sebagai salah satu respon dan upaya dalam menghadapi hegemoni ilmu pengetahuan peradaban Barat modern yang berusaha menghapus jejak keberadaan Tuhan di dalamnya.
Kembali mengingat pendapat al-Attas bahwa tujuan utama pendidikan adalah melahirkan manusia-manusia yang baik (good man), atau manusia beradab (insan adabi).[7] Yaitu manusia yang dapat memahami dan meletakkan sesuatu pada tempatnya, sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan oleh Allah.[8]
[1] Adian Husaini, Pendidikan Islam: Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045, (Depok: Yayasan Pendidikan Islam at-Taqwa Depok, 2020), h. 1.
[2] Muslem, Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan dan Penerapan dalam Pendidikan Islam (Studi Pemikiran Syed Muhammad Naquib , Jurnal Tazkiya, Vol. 8, No. 2, Desember 2019, h. 49.
[3] Adnan Armas, Krisis Epistemologi dan Islamisasi Ilmu, (Ponorogo: Center for Islamic and Occidental Studies (CIOS), 2015), h. v.
[4] Ghazi Abdullah Muttaqien, Pandangan Syed Muhammad Naquib al-Attas tentang Islamisasi Ilmu, Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol. 4, No. 2, 2019, h. 117.
[5] Adian Husaini, Pendidikan Islam: Mewujudkan Generasi Gemilang, Op. Cit., h. 5.
[6] Ibid., h. 5-6.
[7] Ibid., h. 6.
[8] Masgono, Makna Adab dalam Perspektif Pendidikan Islam (2) (13/10/2012), diakses pada 27-10-2021, dari https://insists.id/makna-adab-dalam-perspektif-pendidikan-islam-2/.