menulis
Catatan Pena

Atomic Habit: Menjadikan Menulis Semudah Bernafas

Oleh: Krisna Wijaya

Ketika kita berbicara mengenai tulisan, maka sejatinya kita sedang berbicara mengenai diri seorang penulis tersebut. Setiap output hasil tulisan yang ada merupakan sebuah cerminan dari diri sang penulis. Karena melalui tulisan, kita mampu membaca jati diri seseorang.

 

Sayangnya ketika berbicara mengenai kepenulisan, ternyata tidak semua orang mampu menulis dengan baik. Sebagian dari mereka beralasan bahwa menulis itu susah, menulis itu bukan passion-nya, dll. Oleh karena itu, saat ini kita akan mencoba menguraikan beberapa hal yang mampu mendekatkan kita dengan dunia kepenulisan.

 

Karena kuyakin bahwa kita semua memiliki potensi untuk bisa menulis. “Perbedaan antara seorang ahli dengan tidak ahli, adalah tentang kebiasaanya”. Artinya, Kita harus yakin bahwa semua orang memiliki potensi untuk bisa asalkan dia terbiasa melakukannya.

 

Ketika berbicara mengenai kebiasaan (habit), maka sebenarnya akan kita temui berbagai tips dan trik untuk membangun sebuah habit menulis. Pada kesempatan ini, kita akan mencoba menguraikan teori James Clear mengenai The Four Laws of Behavior Change.

 

Empat hukum dalam membangun kebiasaan ini sebenarnya bersifat umum. Oleh karena itu, akan kita coba untuk merumuskannya dalam membangun kebiasaan menulis.

 

Make It Easy, Jadikanlah Mudah

Kita mulai dari sebuah pertanyaan, apakah menulis merupakan hal yang mudah atau hal yang susah? Sebagian orang barangkali menganggap menulis sebagai hal yang susah, dan sebagian yang lain menganggapnya hal yang mudah. Lantas, siapa sebenarnya yang berhak menentukan apakah menulis hal yang mudah atau tidak? Tidak lain dan tidak bukan adalah diri kita sendiri.

 

Kadang kala kita tidak melakukan sesuatu hal yang sebenarnya bermanfaat untuk kita hanya karena mindset telah membentuk pikiran buruk terhadapnya. Jika kita ingin memiliki habit menulis yang produktif, maka mulailah dengan membangun maidset kita sendiri bahwa hal itu mudah dilakukan.

 

Kalau ditanya

Perubahan dan kegagalan terbesar dimulai dari mana? Maka

“Perubahan dan kegagalan terbesar dimulai dari mindset diri sendiri”

 

Seorang Perdana Menteri perempuan pertama Inggris, Margaret Thatcher pernah mengatakan, “Watch your thoughts for they become your words, watch your words for they become your actions, watch your actions for they become your habits, watch your habits for they become your character, and watch your character for they become your destiny.”

 

In other  words

What you thing ~ You become

 

Jangan salahkan mereka yang setiap hari melihat, mendengar, melantunkan, dan membiasakan kegiatan hariannya membaca Al-Qur’an setiap hari sampai hal itu menjadi habits dan karakter mereka.

 

Alhasil,

Takdir mereka menjadi hafidz dan hafidzah.

 

Jangan salahkan mereka para mahasiswa yang setiap hari disibukkan dengan kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi setiap hari sampai akhirnya kegiatan-kegiatan itu menjadi habits dan karakter mereka.

 

Alhasil,

Takdir mereka menjadi akademisi kritis dan solutif dalam membaca peluang perubahan.

 

Begitu juga dengan menulis

Jangan salahkan mereka para insan yang setiap hari disibukkan dengan kegiatan beliterasi kepenulisan pagi maupun petangnya, mudah ataupun susahnya. Kemudian menjadikan hal itu habit dalam hidup mereka.

 

Alhasil,

Takdir mereka menjadi penulis yang mampu menuliskan takdir mereka sendiri di masa mendatang.

 

Renungan Singkat

Kalau kita telah memiliki maidset untuk mulai membangun habit menulis, maka permudahkanlah kegiatan menulis itu di masa-masa awal. Artinya, jangan mempersulit diri ketika menulis dengan menetapkan berbagai aturan dan kriteria rumit yang itu akan memberatkan langkah kita dalam memulai menulis.

 

Beberapa penulis yang sedang memulai membangun ruang bersama tulisan biasanya tidak bertahan lama karena dipersulit dengan berbagai aturan yang dia tetapkan sendiri. Misalnya,

Mengharuskan diri menulis dengan kaidah-kaidah tertentu, aturan-aturan baku tertentu, dll. Hal ini tentu bisa menyulitkan bagi penulis pemula untuk memulai  awal kepenulisan.

 

Selain itu, hal yang memberatkan seperti mengharuskan diri menulis dengan standar tulisan penulis nasional. Misalnya, membandingkan hasil tulisan kita dengan tulisan Asma Nadia, Tere Liye, dll. Tentu bila niatnya adalah menjadi kaca perbandingan untuk perbaikan kedepannya tidaklah mengapa, namun apabila dibandingkan dalam rangka keharusan untuk menyaingi tulisan mereka, maka hal ini bisa memberatkan penulis pemula.

 

Cukuplah dengan mengikuti arus perkembangan dan tidak perlu membanding-bandingkan. Dahulu penulis-penulis terkenal itu juga memulai dengan penuh kekurangan dan keterbatasan dalam tulisannya. Namun mereka tetap bertahan dan berusaha untuk lebih baik setiap harinya.

 

Terakhir, menulis hanya untuk dapat dikenal dan terkenal. Kurasa hal ini benar-benar menjadi penyebab besar seseorang tidak bertahan dalam kepenulisannya. Perlu ditegaskan bahwa keterkenalan dalam menulis itu bukanlah tujuan, namun hanya sebatas dampak perjalanan.

 

Jadi, berharap terkenal itu wajar-wajar saja, tapi jangan jadikan itu menjadi tujuan utama. Kalau kita memang belum terkenal dengan tulisan kita, maka teruslah menulis sampai hal itu memberikan dampak yang nyata. Seminimal-minimalnya adalah terkenal akan kebermanfaatan tulisan tersebut.

Researcher at Centre for Islamic Education and Contemporary Studies (CIECS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *