ramadhan
Seni

Ramadhan: Tentang Kedatangan dan Kepergian

Oleh: Krisna Wijaya

 

Duk duk duk duk duk, suara gema pukulan beduk yang terdengar menjelang adzan maghrib dikumandangkan.

 

Beberapa saat kemudian, kudengar suara adzan disuarakan begitu indahnya dari rumah-rumah Allah yang ada di muka bumi ini. Rasa-rasanya suara itu dikumandangkan sebagai bentuk tanda sambutan untuk suatu hal istimewa yang sebentar lagi hadir di tengah-tengah kaum muslimin.

 

Benar saja, bulan yang mulia itu sebentar lagi akan datang mengetuk setiap pintu rumah kita. Bulan yang dinanti-nanti kedatangannya dan dielu-elu kebaikan di dalamnya.

 

Bulan Ramadhan itu kini hadir di depan mata kita.

 

 

Di depan pintu rumah, kulihat tiga sahabat baikku di penghujung jalan sedang melambaikan tangannya padaku sebagai tanda ajakan untuk segera menunaikan ibadah di masjid.

 

Kutersenyum sejenak.

“Na, ayuk pergi ke masjid”, ajak temanku bernama doni yang muncul dari gang sebelah rumahku sekaligus mengehentak kesadaranku kembali .

“Yuk berangkat”, ujarku menanggapinya seraya memandang kembali penghujung jalan yang sepi tiada insan sama sekali.

 

Kenangan itu hadir kembali. Sambil tersenyum getir di dalam hati, kami pun berjalan berdua menyusuri gang jalan bumi Allah menuju tempat terbaik di muka bumi untuk kembali bersua kepada Sang Pencipta langit dan bumi.

 

 

Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba sejarah kisah lama seperti hadir merajut dirinya sendiri seraya berkata,

“Hai”, pada diriku di masa ini.

 

Seketika terhanyutkan pikiranku karena sapaan dari kisah yang telah berlalu

 

Dulu kami biasanya berjalan menyusuri jalan gang ini untuk menuju masjid bersama-sama. Ya, kami berlima. Aku, doni, dan ketiga sahabatku yang telah meniada mendahului kami saat ini.

 

Sekali lagi, kita akan teringat bahwa apa yang ada saat ini belum tentu ada di kemudian hari. Karena Ramadhan adalah tentang patah dan tumbuhnya hati insan seorang manusia.

 

Patah karena yang dahulu orang-orang yang berjalan bersama kita telah tiada di sekitar kita dan menumbuh karena kedatangan bulan terbaik di antara bulan-bulan lainnya. Terbaik karena di bulan inilah Allah buka lebar-lebar pintu penawaran kebaikan bagi setiap manusia yang beriman di muka bumi ini.

 

Memang apa yang Allah tawarkan?

“Ketahuilah bahwa apa yang Allah tawarkan sangat mahal, dan yang Allah tawarkan untuk kalian adalah surga.” (Sebagaimana yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan dalam hadits riwayat Tirmidzi)

 

Selayaknya dua sisi mata koin, Ramadhan hadir memberi rasa spesial sekaligus mengingatkan kenyataan bahwa ada waktunya kita akan meniada di kehidupan dunia ini.

 

Walau banyak dari orang-orang terdekat yang telah pergi mendahului kita, jangan pernah berputus harapan untuk tetap melangkah ke depan.

 

Karena saat ini adalah masa lalu bagi hari esok, dan hari ini adalah masa depan bagi hari kemarin, maka jangan pernah berhenti atau malah berbalik arah ke belakang.

 

Walaupun tak banyak orang di sekitarmu. Walaupun langkah kakimu penuh akan keterbatasan. Ingatlah bahwa dahulu Nabi Nuh AS. juga mendakwahi kaumnya selama 900 tahun lamannya, dan yang mengikuti langkah beliau masih tetap sedikit jumlah orangnya.

 

Walaupun sedikit, beliau tetap bergerak dan melangkah ke depan. Kemudian lihatlah bagaimana hasilnya sekarang. Allah angkat tinggi-tinggi derajat kemuliaan beliau di sisi-Nya.

 

Begitu juga dengan kita.

Walaupun tak banyak yang membersamai langkah kita.

Walaupun telah banyak yang mendahului kita ke alam sana.

Tetaplah berjalan ke depan untuk sebuah kebaikan.

Sambut Ramadhan dengan kesempurnaan amal dan hati.

Asalkan itu masih kebaikan, jangan pernah berhenti ataupun berbalik arah ke belakang.

 

 

Tidak mahir bercerita

Saran dan masukan 0895421743353

Researcher at Centre for Islamic Education and Contemporary Studies (CIECS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *