
Wajah Perdaban Barat #4
Artikel lanjutan Wajah peradaban #3
Oleh: Krisna Wijaya
Kembali teringat akan pernyataan Marvin Perry yang menyatakan bahwa kala itu saking kuatnya pengaruh Gereja terhadap masyarakat Eropa, tidak ada satu pun aspek kehidupan di Abad Pertengahan yang tidak tersentuh oleh Pengaruh Gereja.
Inquisisi: Noda Hitam Sejarah Barat
Di zaman hegemoni kekuasaan gereja, lahir sebuah institusi Gereja yang terkenal akan kejahatannya, yaitu Inquisisi. Tidak heran bila inquisisi ini disebut sebagai simbol nyata kebiadaban dan kekejaman Gereja kala itu, yang berusaha mempertahahankan hegemoninya terhadap masyarakat Eropa.
Di Barat, inqusisi ini telah menggoreskan trauma kepada masyarakat akan keberadaan sebuah agama. Hal inilah yang menjadikan masyarakat kemudian bersifat membatasi peran agama dalam bidang kehidupan sosial masyarakat mereka.
Inqusisi ini benar-benar menjadi sejarah kelam karena bersifat legal dilakukan oleh pihak institusi Gereja secara struktural merupakan institusi resmi keagamaan di bawah kekuasaan Paus.
Berbicara mengenai kekejaman inquisisi, Dr. Adian Husaini juga menjelaskan mengenai betapa kejamnya inquisisi ini terjadi. Beliau menjelaskan bahwa inquisisi itu begitu dikecam dan bahkan mendapat kritik hebat dari kalangan Kristen itu sendiri.
Hal itu disebabkan karena inquisisi tidak memandang etnis tertentu sebagai sasaran kekejamannya. Semua orang, baik Kristen, Islam, Yahudi, dll., apabila bertentangan dengan doktrin dan kebenaran Gereja, maka akan menjadi sasaran inquisisi.
Sejarawan Karen Amstrong dalam karyanya Holy War: The Crusades and Their Impact on Today’s World menjelaskan, “ Most of us would agree that one of the most evil of all Christian institutions was the Inquisition, which was an instrument of terror in the Catholic Chruch until the end of seventeenth century. Its methods were also used by Protestants to persecute and control the Catholics in their countries.
Kedua, Problem Teks Bible
Penyebab kedua di mana Barat menjadi sekuler liberal adalah permasalahan pada kitab sucinya. Hal ini berkaitan mengenai otentisitas Teks Bible dan makna yang terkandung darinya. Beberapa kalangan ada yang berusaha menyamakan antara Qur’an dengan Bible, padahal keduannya memiliki perbedaan besar yang membedakan keduannya.
Norman Daniel bahkan dalam karyanya Islam an The Wes: The Making of an Image menegaskan bahwa,”The Quran has no parallel outside Islam.” Pernyataan Norman ini tentu menarik perhatian karena hal itu diucapkan oleh seseorang yang notabenenya tidak beragama Islam.
Kemudian berbicara mengenai otentisitas Bible, sebenanya banyak dari pada cendikiawan Kristen yang ragu akan otentisitas Bible itu sendiri. Di antaranya seperti Kurt Aland dan Barbara Aland yang dalam karyanya The Text of the New Testament menuliskam,
“Until the beginning of the fourth century, the text of the New testament developed freely. Even for later scribe, for example, the parallel passages of the Gospels were so familiar that they would adapt the text of the Gospel to that another. They also felt themselve free to make corrections in the text, improving it by their own standard of correctness, whether grammatically, stylistically, or more substantively.”
Selain telah tercampuri tangan oleh manusia, tidak diketahui juga mengenai siapa yang menuliskan kitab ini pertama kalinya. Richard Elliot Friedman dalam karyanya Who Wrote the Bible menjelaskan bahwa sampai sekarang masih menjadi misteri mengenai siapa sebenarnya yang menulis kitab ini.
“It is a strange fact that we have never known with certainty who produced the book that has played a central role in our civilization.” Adalah sebuah keheranan, tegas Richard ketika kita tidak tahu secara pasti mengenai siapa yang membuat buku itu di saat buku itu telah menjalankan peran penting dalam peradaban kita.
Ia juga mencotohkan The Book of Torah, Book of Lamentation, Mazmur, atau The Five Book of Moses yang dikatakan sebagai one of the oldest puzzles in the world-pun juga tidak diketahui dengan pasti siapa yang telah membuatnya.
Di samping itu juga akan ditemui banyak kontradiksi di dalam kitab-kitab ini yang menunjukkan bahwa isinya benar-benar telah dirubah oleh campur tangan manusia. Hal-hal ini dapat ditemukan di buku karya Dr. Adian Husaini yang berjudul Wajah Peradaban Barat atau Mengapa Barat Menjadi Sekuler Liberal?.
Bersambung …
You May Also Like

Kembali Mengingat Peradaban Literasi Kita (2)
February 8, 2023
Perguruan Tinggi Terbaik Itu Adalah …
April 15, 2022