UNIDA
Mata Air

UNIDA Gontor: Lanskap Lengkap Pembinaan Holistik Universitas Pesantren Yang Unik

Oleh: Fadhila Rahma (PAI 5)

Anggota Gerakan Menulis Mata Air GoresanIlmu UNIDA Gontor

 

Pendidikan adalah kerja manusiawi yang hadir bersamaan dengan keberadaan manusia itu sendiri. Ia bukan hanya kerja sederhana, melainkan kerja seni. Seni yang dimaksud di sini adalah seni luhur yang berkaitan dengan reproduksi manusia ideal hingga mendekati sifat sempurna.

 

Maka, salah satu definisi pendidikan yang menarik ialah “seni menciptakan manusia”. Hal ini merupakan proyek besar yang dimiliki institusi pendidikan dalam mencetak luaran sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

 

Namun perlu ditegaskan bahwa, “The mission of Education Institution was not only for knowledge transformation, but also moral and values inculcation”, begitulah perkataan Prof. Hamid mengenai hakikat tujuan pendidikan perguruan tinggi yang harus diperhatikan dengan seksama.

 

Betul bahwasannya institusi pendidikan bukan sebatas tempat untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari dosen ke mahasiswa, tapi juga guna pembinaan moral dan menanamkan nilai-nilai panca jiwa dan motto Pendiri Pondok Modern Darussalam (PMDG).

 

Perlu ditegaskan bahwa Universitas Darussalam Gontor tidak hanya merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, tetapi Panca Dharma yang tentunya hanya dimiliki oleh UNIDA Gontor dengan poin ke-4 adalah Kepesantrenan dan poin ke-5 adalah Islamisasi Ilmu Pengetahuan Kontemporer.

 

Pendidikan Holistik Universitas Peradaban

Sistem pendidikan dan pembinaan holistik yang diterapkan UNIDA Gontor merupakan salah satu hidden curriculum yang menjadikan UNIDA Gontor universitas unik beristilahkan “Universitas Pesantren”. Tentunya, istilah universitas pesantren yang disematkan kepada UNIDA Gontor bukan terbatas pada pengertian bahwa univeritas itu memiliki asrama, atau sekadar mengasramakan mahasiswa.

 

Pada sebuah kesempatan, Dr. Nur Hadi  Ihsan,  MIRKH., Deputi Wakil Rektor UNIDA Gontor Kampus Putri Bidang Akademik pernah menyampaikan bahwa istilah “Universitas Pesantren” yang disematkan kepada UNIDA Gontor tidak terbatas pada pengertian keduanya secara etimologis.

 

Bahkan beliau sempat bertanya kepada kami tentang istilah ‘Universitas Pesantren’, apakah pondok pesantren yang memiliki perguruan tinggi   atau perguruan tinggi yang memiliki pesantren? Di antaranya masing-masing independen, atau pesantren mengembangkan perguruan tinggi dan pesantren itu lebih dominan, atau perguruan tinggi yang ditopang oleh pesantren, dan terakhir adalah integrasi antara keduanya?. Sudah pasti tentu pernyataan terakhir adalah jawabannya.

 

UNIDA Gontor adalah sebuah universitas yang dibangun di atas idealisme yang besar. Cita-cita luhur para pendiri pondok yang tertuang dalam Piagam Wakaf PMDG bahwa pemegang amanah wakaf atau badan wakaf berkewajiban untuk mewujudkan cita-cita PMDG menjadi Universitas Islam yang bermutu dan berarti. Sesuai dengan visi UNIDA Gontor yang harus menjadi universitas bersistem pesantren yang bermutu dan berarti, sebagai pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan yang orientasinya adalah Islamisasi Ilmu Pengetahuan kontemporer, dan sebagai pusat kajian bahasa Al-Qur’an untuk kesejahteraan umat manusia.

 

Dalam perjalanannya, UNIDA Gontor menjadi universitas Islam paripurna bukan dengan waktu yang sebentar. Bermula pada pemikiran K.H Ahmad Sahal tentang bagaimana mencetak ulama yang mahir berbahasa asing, hingga langkah Trimurti menghadapi problematika umat dengan merintis pendidikan pesantren yang selanjutnya mewujudkan pendidikan tinggi pesantren yang akan melahirkan ulama yang intelek, di mana bahasa Arab atau bahasa al-Qur’an mutlak bagi ulama, dan bahasa Inggris mutlak bagi seorang intelek.

 

Visi perguruan tinggi yang terintergrasi dengan pesantren ini kemudian membentuk sebuah integrasi sistem perguruan tinggi yang memiliki corak, nilai, visi, filosofis sebuah pondok pesantren di dalamnya.

 

Uniknya, di UNIDA Gontor, rektor juga berperan sebagai kyai. Hal ini dibuktikan dengan peran beliau dalam memimpin pesantren dan peguruan tinggi di saat yang bersamaan. Bahkan komentar salah satu murid Prof. Hamid sekaligus alumni Program Kaderisasi Ulama, Anton Ismunanto tentangnya adalah, “Sedikit kontras antara penampilan dengan pembicaraan: gaya kyai tetapi omongan filosof”.

 

Mahasiswa dalam perguruan tinggi berbasis pesantren berarti masih menyandang gelar sebagai seorang santri dan wajib menempati asrama tempat pembinaan dan pendidikan mahasiswa. Masjid juga sebagai central milliu dinamika kegiatan mahasiswa dalam perguruan tinggi berbasis pesantren, di mana masjid dalam konteks peradaban Islam adalah tempat orang-orang dewasa diajar langsung oleh otoritas keilmuan tertinggi, dengan materi-materi yang merujuk kepada al-Qur’an sebagai sumber keilmuan tertinggi dalam Islam.

 

Pembinaan holistik yang dibangun oleh UNIDA Gontor ini selaras, dan bisa juga disebut sebagai miniatur International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), tempat dimana Prof. Hamid menyelesaikan disertasinya.

 

ISTAC bukan sekadar perguruan tinggi semata, namun juga sebuah lingkungan belajar di mana dosen dan mahasiswa dapat dengan mudah berinteraksi, baik dalam bentuk diskusi maupun konsultasi mengenai perkembangan isu-isu dunia karena sama-sama tinggal di lingkungan yang sama.

 

Hal ini menjadi sebuah keunikan yang dimiliki oleh UNIDA Gontor dan tidak dimiliki oleh perguruan tinggi lainnya yang mengklaim dirinya sebagai universitas pesantren. UNIDA Gontor menawarkan program pendidikan akademik dan kepesantrenan yang komprehensif, di mana para mahasiswa dapat hidup, belajar, dan beraktifitas dengan kreatif dalam lingkungan pesantren.

 

Di samping itu, UNIDA dengan sistem Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporernya mencoba merespon problem keilmuan modern yang lahir beriringan dengan kemajuan peradaban Barat yang bercorak sekular.

 

Mencoba menjawab tantangan itu, UNIDA mengadopsi konsep Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer dalam kurikulum pendidikannya untuk menyiapkan mahasiswanya menjadi luaran yang tidak buta apalagi sampai dibutakan oleh paradigma keilmuan peradaban barat yang sekular.

 

Konsep Islamisasi ilmu yang diadopsi oleh UNIDA ini telah termanifestasikan dalam kurikulum pendidikannya yang membagi ilmu menjadi dua maca, yaitu fardhu ain dan fardhu kifayah. Di sinilah letak Islamisasi itu akan nampak. Apapun prodi dan pelajaran mahasiswanya, baik sosial, ekonomi, politik, dll., maka pelajaran agama akan tetap dihadirkan sebagai dasar yang akan membentuk worldview keilmuan mahasiswanya.

Di samping Islamisasi ilmu, keunikan lain dari UNIDA Gontor adalah sistem pendidikan holistik antara mahasiswa dengan dosen dalam sebuah lingkungan hidup yang sama.

 

Mahasiswa tinggal bersama di asrama sebagai sebuah miniatur masyarakat, dan para dosen juga tinggal di dalam rumah dosen di lingkungan kampus guna memaksimalkan fungsinya sebagai dosen sekaligus sebagai uswah dalam berkehidupan sehari-hari.

 

Dengan konsep inilah, mahasiswa mampu hidup dalam naungan Panca Jiwa Gontor meliputi keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan Islam, dan kebebasan yang diinternalisasikan kepada diri masing-masing mahasiswa.

 

Utsadz Anton Ismunanto dalam karyanya Hamid Fahmy Zarkasyi: Biografi Intelektual, Pemikiran Pendidikan, dan Pengajaran Worldview Islam di Perguruan Tinggi telah menjelaskan bahwa objek Islamisasi di UNIDA meliputi dua hal: Pertama, Islamisasi jiwa yang dengan menjadikan seluruh aspek dalam diri mahasiswa meliputi keyakinan, keimanan, perasaan, pemikiran dan perbuatan agar selaras dengan worldview, prinsip ajaran, nilai etis dan norma Islam.

 

Kedua, Islamisasi Ilmu yang menjadikan seluruh aspek pengetahuan yang meliputi terminologi, epistemologi, framework, dll., agar selaras dengan prinsip worldview Islam. Lagi-lagi ini merupakan nilai keunikan yang dimiliki oleh UNIDA Gontor. Sangat jarang sekali kita temukan program studi sosial-humaniora yang menjadikan nilai keislaman sebagai nilai yang menentukan benar atau salahnya keilmuan tersebut.

 

Pada akhirnya, “segudang kosakata kamus Oxford-pun tidak dapat mendefinisikan idealisme UNIDA Gontor sebagai ‘Universitas Pondok Modern”, tegas  al-Ustadz Dr. Khoirul Umam dalam epilognya menutup pidato mengenai dinamika UNIDA Gontor.

 

Sistem integrasi antara pesantren dan perguruan tinggi yang melahirkan pembinaan holistik unik yang hanya dimiliki UNIDA ini menjadikan UNIDA sebagai salah satu figur perguruan tinggi yang akan menjadi pusat dan contoh bagi perguruan tinggi lainya.

 

Falsafah The Fountain of Wisdom yang tersemat corak perjuangan UNIDA merupakan cita-cita luhur dan memberikan makna bahwa UNIDA Gontor berusaha menjadi miniatur peradaban Islam sekaligus sebagai sebuah solusi atas tantangan peradaban Barat yang sedang menghegemoni dunia.

 

UNIDA Gontor diharapkan akan mejadi suatu fountain (sumber air) di tengah kegersangan gurun ketidakberperadaban umat manusia saat ini. Maka pada akhirnya, dengan lanskap lengkap dan pembinaan holistik yang dibentuk oleh UNIDA Gontor demi melahirkan ulama yang intelek, hanya orang yang tidak bersyukur saja yang tidak mengalami peningkatan ilmu pengetahuan dan kualitas intelektualnya ketika belajar di UNIDA

Baca juga Sajak Api Perjuangan

Penyunting: Krisnana

 

Punya tulisan bermanfaat?

publish aja 😉 

hub: 0895421743353 (krisna)

Researcher at Centre for Islamic Education and Contemporary Studies (CIECS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *