Menuai Rahmat Silaturahmi
Oleh: Suniyyah Puspita Sari – HI 5
Anggota Gerakan Menulis Mata Air
…وَّيَرۡزُقۡهُ مِنۡ حَيۡثُ لَا يَحۡتَسِبُ ؕ وَمَنۡ يَّتَوَكَّلۡ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسۡبُهٗ ؕ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمۡرِهٖ ؕ قَدۡ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَىۡءٍ قَدۡرًا
“… dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu.” Qs. At-Thalaq: 3.
Potongan ayat di atas memantik kita untuk senantiasa menjaga hubungan baik kepada Allah. Sebuah kesyukuran yang mendalam ketika kita berada di lingkungan orang-orang yang senantiasa mengingatkan kita kepada Sang Pencipta, nikmat ini kudapati melalui kajian rutin yang diadakan selepas sholat subuh berjamaah di Masjid Universitas Darussalam Gontor.
Kajian-kajian rutin yang disampaikan berhasil menjadi titik balik mahasiswa untuk senantiasa yakin terhadap ketentuan Allah, salah satunya melalui kajian bersama Al-Ustadz Cecep Sobar Rohmat. Beliau merupakan mantan Wakil Pengasuh Gontor 11 yang kini menjadi Deputi Wakil Rektor di UNIDA Gontor Kampus Putri.
Dalam sebuah kesempatan, beliau menceritakan mengenai perjuangan seorang wakil pengasuh dalam merintis sebuah pondok dari nol. Pada masa kepemimpinannya, beliau sangat ingin mendirikan masjid sebagai titik sentral pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 11.
Dalam pengamatan beliau, masjid merupakan titik sentral kebangkitan peradaban Islam sekaligus tempat ideal berjalannya suatu proses pendidikan. Namun nampaknya niat mulia untuk mendirikan masjid masih menjadi impian besar yang bersemayam di hati karena berbagai faktor, termasuk di dalamnya faktor finansial.
Keberkahan Silaturahmi
Al-Ustadz Cecep Sobar Rohmat merupakan sosok seseorang yang tidak ingin merepotkan dan membenai siapapun apabila memiliki sebuah keinginan, termasuk dalam hal pendirian masjid ini. Beliaupun tidak mengajukan proposal anggaran apapun kepada bapak pimpinan karena merasa bahwasanya Gontor 11 berada dalam tanggung jawabnya sebagai Wakil Pengasuh.
Pada suatu saat di tengah harapan yang senantiasa dilangitkan, beliau berkesempatan mengunjungi Surabaya untuk menghadiri suatu pertemuan. Ketika hendak menuju bandara untuk kembali ke Poso, beliau teringat teman baik satu angkatan saat masih menjadi santri. Kala itu teman beliau sudah menjadi ustadz di masjid Al-Akbar Surabaya. Sebelum bergegas menuju bandara, beliau memutuskan untuk mengunjungi sahabat lamanya dalam rangka bersilaturahmi dan melepas kerinduan akibat lama tidak bersua.
Di tengah-tengah momen bertukar rasa tersebut, teman beliau mulai menanyakan perihal situasi dan perkembangan pondok. Teman beliau bertanya, “Cep bagaimana poso, sekarang sedang membangun apa?” Sontak pertanyaan tersebut membuat beliau kaget, dan mengingatkan beliau akan impiannya untuk membangun masjid yang masih belum terealisasi. Di sinilah beliau mengutarakan salah satu impiannya yang sedang berusaha membangun masjid di Gontor 11, Poso.
Di akhir pertemuan sebelum menuju ke bandara, teman lama beliau memberikan dua buah amplop. Rasa syukur yang teramat sangat pun datang ketika mengetahui bahwa uang yang diberikan di luar dugaan beliau, Amplop tersebut berisi uang dengan total nilai 160 juta dalam kurs mata uang dolar. Uang ini adalah sebuah bantuan yang diberikan dalam rangka perealisasian impian beliau untuk mendirikan sebuah masjid di Gontor 11, MasyaAllah.
Tidak sampai di situ, jawaban atas doa yang selalu dilangitkan beliau pun masih berlanjut ketika beliau berkesempatan menemui Jusuf Kalla selaku Wapres (Wakil Presiden) kala itu. Al-Ustadz Cecep Sobar Rahmat memenuhi undangan wapres untuk membangun hubungan baik antara Gontor dan Jusuf Kalla, beliau hadir didampingi oleh Ustadz Hidayat Nur Wahid. Pada pertemuan itu, beliau merasa terhormat bisa duduk di dekat Bapak Jusuf Kalla.
Di sela-sela pertemuan itu, Jusuf Kalla mendekati beliau dan bertanya, “Ustadz, di Poso sedang butuh apa?” pertanyaan ini sontak membuat kaget beliau untuk kedua kalinya. “Ini pak, kebetulan ada rencana untuk membangun masjid” Jawab ustadz Cecep. “Oh ya ya ya” dibalas Jusuf Kalla dengan anggukannya.
Selesainya pertemuan itu, ustadz Cecep kemudian segera kembali ke Poso. Di tengah keseharian menjalankan rutinitas di Poso, ustadz Cecep kembali dihubungi oleh staff kenegaraan dan menanyakan nomor rekening pondok. Selang beberapa saat, beliau benar-benar terharu ketika melihat isi rekening pondok yang berjumlah 1 milyar. MasyaAllah. Di saat itu beliau benar-benar merasa bahwa pertolongan Allah sangatlah nyata.
Kisah di atas menyadarkan kita bagaimana seni untuk senantiasa hidup di bumi Allah. Dalam kitab Tanbihul Ghafilin, selain perintah untuk menjaga tali silaturrahim kepada manusia, ada lima golongan manusia yang akan diluaskan rezekinya oleh Allah SWT. Kelima golongan itu adalah orang yang senantiasa mendawamkan shadaqah, orang yang selalu menjaga silturrahim (dekat maupun jauh), orang yang mendawamkan wudhu (tidak isyrof dalam penggunaan air), orang yang selalu berbakti kepada orang tua (birrul walidain), dan orang yang mendawamkan taat kepada orang tuanya (birrul walidain).
Semoga kisah di atas dapat memperjelas titik samar keimanan kita sebagai manusia yang terkadang ragu akan janji-janji-Nya. Amin ya Rabbal Alamin.
Penyunting: Krisnana
Baca juga kebebasan berekspresi
Punya tulisan bermanfaat?
Publish aja di GoresanIlmu 😉
InsyaaAllah di akhir akan kita himpun seluruh karya dari berbagai kontributor yang ada untuk menjadi sebuah buku
Info lebih lanjut: wa.me/62895421743353 (krisna)
@gerakanmataair