Menjadi Nasabah Milenial Yang Cerdas Dalam Memitigasi Kejahatan Siber
Oleh: Krisna Wijaya
Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai sektor lini kehidupan manusia mengalami transformasi perubahan dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan teknologi yang ada, termasuk di dalamnya dalam sektor perbankkan.
Transformasi digital di sektor perbankkan ini ditunjukkan dengan kehadiran layanan internet banking dan mobile banking. Layanan berbasis digital ini telah memberikan kemudahan yang besar bagi para nasabah untuk melakukan kegiatan perbankan seperti menarik saldo uang, mengirim uang, membayar, dll., tanpa perlu pergi ke bank setempat.
Kendati layanan internet banking memberikan kemudahan besar pada para nasabah, akan tetapi di balik itu juga mengundang ancaman kejahatan siber (berbasis digital) bagi para nasabahnya. Kejahatan siber meruapakan kejahatan yang berbasiskan teknologi digital dalam pelaksanaannya.
Terlaporkan sampai saat ini banyak sekali laporan-laporan dari nasabah mengenai tabungan uang di bank tiba-tiba terkuras, sandi akun banknya terganti tiba-tiba, data nasabah yang tersebar dengan tanpa disadari, dll., adalah sedikit dari kejahatan digital yang ditemui saat ini.
Tidak sedikit dari orang-orang yang kukenal menjadi korban atas kejahatan siber ini. Oleh karena itu, di sini kita akan membahas mengenai kejahatan siber dalam dunia perbankkan dan langkah-langkah menjadi nasabah yang bijak dalam merespon hal itu.
Revolusi Industri
Saat ini, perkembangan teknologi memang tidak bisa dinafikan lagi mengenai laju perkembangannya yang begitu pesat di tengah-tengah kehidupan manusia. Setiap perubahan dan perkembangan teknologi yang ada selalu memiliki sebuah karakteristik corak yang sama, yaitu untuk memudahkan kehidupan manusia di muka bumi.
Perubahan serta perkembangan ini di kemudian hari akan dikenal dengan istilah “revolusi industri”. Revolusi industri ini menjadi tanda terjadinya perubahan besar dalam sejarah dunia, karena hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh revolusi industri.
Di mulai dari revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap sampai dengan revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan otomatisasi teknologi yang dikolaborasikan dengan teknologi berbasis siber.
Perubahan dan perkembangan teknologi ini tentunya sangat menambah nilai efisiensi segala sesuatu hal yang ada tanpa memerlukan tenaga kerja manusia yang berlebihan dalam menjalankannya. Semua hal serba digital dan dijalankan secara otomatis dengan bantuan sistem yang ada.
Segala perubahan itu oleh sebagian ahli juga disebut sebagai perubahan di era disrupsi. Pada era ini, perubahan tidak terjadi secara bertahap, namun perubahan pada era ini justru menyerupai ledakan gunung berapi yang meluluhlantakkan ekosistem lama dan menggantinya dengan ekosistem yang baru.
Perubahan ini tentunya memberikan dampak yang positif bagi perkembangan kehidupan manusia, namun di sisi lainnya juga menyuguhkan dampak negatif yang sangat mengancam kehidupan manusia.
Terlebih ancaman itu semakin nyata bagi generasi yang disebut-sebut sebagai generasi digital native saat ini. Sebuah generasi di mana mereka lahir dan tumbuh berkembang di tengah-tengah perkembangan teknologi digital yang begitu pesat.
Para nasabah bank generasi digital native tentunya lebih suka melakukan segala transaksi keuangannya dengan secara simple tanpa membuang tenaga berlebihan. Bukan zamannya lagi bagi para nasabah digital
Di sinilah seringkali ancaman kejahatan siber lebih mengancam manusia daripada ancaman kejahatan yang bersifat fisik. Kurangnya pengetahuan mengenai kejahatan siber dan literasi keuangan secara digital juga menjadi pemicu utama potensi terulangnya kejahatan ini masihlah besar.
Transformasi Ekonomi Digital
Perubahan aktivitas ekonomi yang bersifat konvensional kepada aktivitas yang bersifat digital ini merupakan dampak dari revolusi industri 4.0. Terlebih momentum transformasi ini lebih terasa di masa-masa pandemi saat ini.
Digitalbank.id mendata bahwa pada awal momentum lonjakan pandemic, per bulan Maret 2020 sampai dengan Agustus 2020 saja, telah terjadi peningkatan transaksi penjualan online sebesar 158 juta transaksi di seluruh penjuru Indonesia.
Yuswohady, seorang pakar brand di Indonesia melalui karyannya yang berjudul The Rise of Cool and Agile Brand mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir ini telah terjadi “pembilasan” brand-brand lama yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada.
Penyebab utama terjadinya pembilasan brand-brand lama ini dikarenakan terjadinya triple disruptions yang terdiri dari digital disruptions, milenial disruptions, dan pandemic disruptions. Dari sinilah puluhan perusahaan besar dipaksa mengalami kemunduran karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan transformasi digital yang ada.
Hal ini jugalah yang membuat dunia perbankan dituntut untuk mengikuti dan menyesuaikan diri dengan transformasi digital yang ada. Kensekuensinya, perubahan kerja bank-bank koncensional ke bank berbasis digital itu mutlak sebuah keharusan agar tidak tergulung gelombang pembilasan brand-brand yang tidak mampu mengikuti perkembangan zaman.
Maka wajar saja apabila di kemudian hari kita menemui Bank Indonesia (BI) selaku bank sentral Indonesia mulai merumuskan berbagai formulasi program digitalisasi ekonomi seperti QRIS, BI-FAST, dll., untuk menjawab era transformasi digital ini.
Arus digitalisasi ekonomi ini lebih terasa lagi perubahannya di tengah-tengah suasana pandemi. Bank Indonesia telah mendata bahwa di awal-awal tahun 2022 kemarin saja, lonjakan kuantitas pemakaian transaksi keuangan digital benar-benar melesat di sektor keuangan Indonesia.
Dengan perubahan pola transaksi masyarakat menuju digitalisasi keuangan ini, maka kejahatan siber pun juga semakin mengancam dan perlu kita waspadai. Berikut sedikit gambaran mengenai bentuk-bentuk kejahatan siber yang sering terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Cyber crime atau dalam kejahatan siber merupakan segala bentuk kejahatan yang terjadi di dunia maya/digital yang melibatkan perangkat-perangkat yang terhubungan dengan jaringan internet. Para pelaku kejahatan siber biasannya menargetkan data pribadi personal atau sebuah perusahaan untuk kemudian disalahgunakan pemakaiannya.
Dikutip dari data comparitech, ada 137,7 juta jenis malware yang ditemukan pada tahun 2020 kemarin. Sementara pada pertengahan tahun 2021 kemarin, ditemukan 92, 45 juta sampel malware yang bertebaran di dunia internet. Hal ini menunjukkan bahwa serangan siber itu begitu masifnya di era transformasi digital saat ini.
Hebatnya lagi, pertahun 2021-2022 ini saja, di Indonesia telah terjadi kasus kejahatan siber mengenai kebocoran data sebanyak 10 kali kasus kebocoran selama dua tahun berturut-turut. Berikut ilustrasi kebocoran data yang telah diilustrasikan oleh tempo.co.
Cyber Crime (Kejahatan Siber)
Data di atas tentu menunjukkan kepada kita mengenai kasus kejahatan siber yang sangat mengancam kehidupan digital masyarakat Indonesia. Sebanding dengan kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi, maka sebanding juga dengan potensi kejahatannya digital yang semakin rawan terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Untuk lebih memahami mengenai kejahatan siber, maka memahami bentuk-bentuk kejahatan digital ini juga diperlukan agar kita bisa menghindari kejahatan itu menimpa diri kita sendiri. Nah, untuk lebih memahaminya, berikut bentuk-bentuk kejahatan siber secara umum di sekitar kita!
1. Phising
Kejahatan siber phising merupakan sebuah kejahatan yang bertujuan mencuri data-data pribadi seseorang melalui sebuah link palsu yang mengatasnamakan sebuah instansi pihak tertentu.
Cara kerja phising ini adalah dengan mengelabuhi target dengan sebuah rekayasa pengisian data yang seakan-akan itu adalah hal yang resmi dari sebuah instansi terkait. Contoh nyata yang sering kita jumpai adalah melalui media sosial, terkhusus whatsapp.
Sering diantara kita menjumpai mengenai penipuan berkedok kuota gratis, tabungan gratis, dll., bukan? Kemudian kita diarahkan untuk mengunjungi sebuah link tertentu. Nah, inilah yang dinamakan web phising penipuan berkedok memberi hadiah.
Perlu ditegaskan juga bahwa instansi-instansi besar tidak mungkin akan mengabarkan hadiah cuma-cuma melalui pesan WA. Kembali merujuk pada media sosial resmi adalah sebuah keharusan di era kebohongan digital saat ini.
2. Spoofing
Serupa dengan phising, aktivitas kejahatan siber spoofing juga menyasarkan data-data pribadi korbannya dengan mengatasnamakan dari pihak tertentu atau bahkan dari pemerintah terkait. Spoffing ini memiliki berbagai jenis macamnya, seperti identity spoffing, IP spoofing, website spoofing, dll. Berikut contoh aktivitas spoofing yang mengatasnamakan pihak Tokopedia.
Dengan mengatasnamakan instansi tertentu dan dibumbui dengan informasi menarik bagi korban, para pelaku spoofing berkeliaran bebas di tengah-tengah kehidupan masyarakat kita.
3. Peretasan Situs Tertuju
Sebagaimana namanya, kejahatan siber ini berpusat pada peretasan situs website tertentu oleh seorang hacker. Tanda-tanda sebuah website telah teretas adalah tampilan serta isi website tersebut mendadak berubah tanpa ada konfirmasi dari administrator website secara resmi.
Gambar di atas adalah contoh situs resmi telkomsel yang teretas oleh pihak hacker tidak bertanggung jawab.
4. Serangan Ransomware
Ransomware merupakan tipe malware yang menyasar perangkat keras sebagai target serangannya untuk kemudian mengambil informasi bergarga dari target korbannya. Tujuan utama dari malware ini adalah untuk mengunci file pribadi target yang dituju dengan pola inkripsi tertentu.
Ketika malware ini telah menginfeksi suatu file yang dituju, maka malware tersebut akan mengunci file terkait agar tidak bisa dibuka oleh sang pemilik.
Setelah file target korban terkunci, maka jalan satu-satunya adalah membayar denda sesuai yang telah ditentukan oleh pihak pelaku kejahatan siber. Hebatnya serangan ini, per tahun 2021 saja, tebusan rata-rata yang dibayarkan oleh korban ransomware telah mencapai 8,1 miliar rupiah di seluruh dunia.
Kejahatan Digital "Social Engineering"!
Selain kejahatan siber di atas, ada juga kejahatan-kejahatan siber yang menargetkan dunia ekonomi digital, terkhusus kepada nasabah-nasabah bank generasi digital native saat ini. berdasarkan data yang diperoleh oleh International Monetary Fund (IMF) tahun 2020, ditemukan bahwa kerugian rata-rata tahunan sector jasa keuangan global akibat serangan siber adalah mencapai 1.433 triliun.
Jumlah ini tentunya bukan jumlah yang bisa pandang sebelah mata, justru sebaliknya. Jumlah kerugian ini sudah lebih dari cukup untuk menjadi sebuah pengingat bagi kita bahwa kejahatan siber dalam dunia ekonomi digital itu selalu mengintai kita.
Dikutip dari kontan.co.id, Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat lebih dari 5000 aduan kasus tindak penipuan siber setiap minggunya. Sejak Maret 2022 hingga saat ini, tidak kurang dari 200.000 kasus laporan tindak penipuan telah diadukan oleh masyarakat Indonesia.
Jumlah ini tentunya menjadi peringatan kepada kita bahwa kejahatan siber dalam dunia keuangan digital ternyata sangat masif terjadinya.
Social Engineering
Social Engineering (soceng) merupakan suatu istilah yang barangkali masih terdengar asing di telinga masyarakat kita. Dikutip dari Harian Kompas, soceng merupakan tindak kejahatan yang terfokus pada manipulasi psikologis korban agar mau membocorkan data pribadi.
Soceng ini tidak lagi berusaha membobol sistem keamanan sebuah bang dengan berbagai virus atau malware yang ada, namun lebih mencoba mengelabi para nasabah dengan memanfatkan kelengan mereka.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka terdapat 4 jenis soceng yang marak terjadi di masyarakat. Keempatnya adalah sebagai berikut:
1. Tawaran Menjadi Nasabah Prioritas
Penipuan menjadi nasabah prioritas ini juga telah menelan banyak korban di dalamnya. Korban nasabah biasanya dirayu dengan segudang rayuan dan tanpa syarat yang berbelit untuk menjadi bagian dari nasabah prioritas.
Penipu akan meminta korban nasabah untuk menabung minimal 10 juta di dalam tabungan. Tidak berhenti sampai di situ saja, penipu juga akan meminta korban memberikan data pribadi seperti nomor kartu ATM, PIN, OTP, Nomor CVV/CVC, dan password. Ketika hal ini telah dilakukan oleh nasabah, maka bersiaplah untuk menjadi korban penipuan.
2. Info Perubahan Tarif Transfer Bank
Jenis penipuan ini akan menempatkan penipu yang berperan seakan-akan sebagai pegawai bank dan memberikan informasi perubahan tarif transfer bank kepada nasabah korbannya.
Setelah korban nasabah dirasa mulai mempercayai penipu, maka penipu akan meminta korban untuk mengisi link formulir yang mengharuskan nasabah untuk megisi data pribadi seperti PIN, OTP, dan password. Ketika data-data pribadi ini telah diisi, maka bersiaplah menjadi korban penipuan soceng.
3. Akun Layanan Konsumen Palsu
Jenis penipuan ini memanfaatkan keluhan nasabah terkait permasalahan bank dengan menjadi akun aduan konsumen palsu. Para pelaku akan berperan seprofesional mungkin untuk menipu para target nasabah.
Para pelaku penipuan biasanya akan membuat akun Bank BRI palsu yang sangat jelas ciri-ciri kepalsuannya. Ciri-cirinya seperti folowers yang sedikit, tidak centang biru, dll.
4. Tawaran Menjadi Agen Laku Pandai
Jenis penipuan terakhir adalah dengan menawarkan nasabah menajdi agen laku pandai bank tanpa persyaratan yang rumit. Para penipu hanya meminta korban untuk mentransfer sejumlah uang untuk bisa mendapatkan mesin EDC.
Selain modus penipuan yang disebutkan OJK di atas, berikut beberapa modus lain yang juga terjadi di tengah-tengah masyarakat kita:
5. Modus “Swim Swap”
Modus penipuan ini tergolong totalitas menurut penulis. Pasalnya penipu harus melakukan banyak hal terlebih dahulu agar bisa mendapatkan akses jual beli milik nasabah yang dituju. Bentuk utama dari penipuan ini adalah pengambilalihan kartu SIM utama dari nasabah ke tangan pelaku penipuan.
Cara ini barangkali memang tidak terpikirkan sama sekali beberapa tahun yang lalu, namun buktinya saat ini menjadi modus yang sering terjadi pada para nasabah bank. Dengan berbagai jenis kejahatan soceng ini, mari kita berhati-hati selalu dalam menjadi nasabah di era digital ya ^^
6. Modus Berkedok Struck Transaksi Palsu
Model penipuan yang satu ini juga termasuk cerdik dan berpotensi besar dalam mengelabuhi para nasabah bank. Hal ini karena bukti pengiriman / struck saja ternyata tidak menjadi jaminan dari kejujuran dalam bertransaksi. Penipuan berkedok seperti ini telah lama dilancarkan selama ini di Indonesia.
Untuk meminimalisir menjadi korban dalam modus penipuan ini, maka perlu diperhatikan beberapa ciri struck transaksi resmi sebagai berikut.
Ciri-ciri struck ATM palsu:
a. Font cetak tulisan terlihat lebih tebal karena dicetak di mesin printer.
b. Nomer rekening ditampilkan lengkap tanpa ada sensor “XXXX”.
c. Adanya typo kepenulisan di struck transaksi.
d. Beda ukuran dan jenis kertas.
Ciri-ciri struck ATM asli
a. Kualitas kertas bagus walaupun tipis.
b. Nomer rekening disensor sebagian.
c. Tidak ada typo kepenulisan.
7. Modus “Pop Ads” Berbahaya
Di saat kita mengunjungi situs tertentu, terkhusus jual beli online, maka kita sering menjumpai berbagai iklan yang apabila kita klik akan membawa kita pada sebuah website tertentu. Laman tersebut bisa jadi merupakan laman jebakan yang memang telah dirancang untuk menjebak seseorang loh.
Dengan menawarkan berbagai layanan menarik bagi nasabah atau memberikan ancaman bagi para nasabah, para penipu dengan leluasa melancarkan aksinya pada nasabah. Bahkan tidak jarang para penipu ini akan menanamkan virus di perangkat elektronik nasabah.
8. Hati-hati terhadap penggunaan selfie KTP dan foto webcam
Saat kita sedang verifikasi data diri online dengan goto selfie dengan KTP, maka hati-hati dalam melakukan hal ini. Jangan sampai foto selfie dengan KTP kita disalahgunakan oleh oknum tertentu untuk melakukan tindak kejahatan di luar sana.
Oleh karena itu, pastikan tempat kita verifikasi data diri tersebut memang ilegal dan bukan sebuah aplikasi/website bajakan.
Menjadi @NasabahBijak, Bagaimana Kita Bersikap?
Ketika kita menggunakan prinsip ekonomi digital, maka di saat yang bersamaan kita juga harus memahami mengenai prinsip kemanan digital juga. Hal ini dilakukan agar kita terhindar dari kejahatan siber yang mengintai kegiatan sehari-hari kita. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan agar kita terhindar dari kejahatan siber.
1. Gunakan Sofware/Aplikasi Resmi
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa saat ini perangkat android/ laptop kita terhubung dengan berbagai software dan aplikasi yang jumlahnya lebih dari satu karena menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Aplikasi dan software ini tentunya memberikan berbagai manfaat pada kehidupan manusia, namun diam-diam hal ini juga bisa mengancam keamanan kita loh.
Tidak sedikit di antara masyarakat kita yang memilih alternatif software/aplikasi bajakan karena dinilai lebih okonomis tanpa perlu melakukan pembelian lisensi berbayar. Memang benar bahwa hal ini menjadi salah satu kelebihan software/aplikasi bajakan, namun di sisi lain hal ini juga memiliki potensi dampak berbahaya yang lebih besar juga.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengingatkan masyarakat akan bahaya aplikasi atau software bajakan yang rentan terhadap virus malware. Virus ini memiliki potensi besar untuk mencuri data pribadi dan menyalahgunakan data yang telah dicuri itu. Untuk lebih memahamkan kita akan bahaya bajakan, maka perhatikan gambar berikut:
Pengalaman pribadi penulis dalam dunia aplikasi/software bajakan sebenarnya sudah lumayan hehe. Terlebih dahulu penulis merupakan gamers yang suka memainkan game bajakan yang tidak resmi dari app store. Alhasil, beberapa waktu kemudia ponsel penulis mati total tanpa penyebab yang pasti.
2. Lakukan Update Sofware/Aplikasi Berkala
Berbeda dengan tipe bajakan, Sofware dan Aplikasi resmi biasanya akan otomatis meminta pembaharuan ketika versi yang terbaru telah tersedia. Pembaharuan ini sebenarnya dilakukan dalam rangka memperkuat sistem keamanan software/aplikasi tersebut dari serangan virus berbahaya.
Dengan melakukan update secara berkala, maka virus dan malware yang bersemayam di dalam aplikasi/software kemungkinan besar akan teratasi dengan pembaharuan sistem yang terjadi. Walaupun memang benar membutuhkan ruang besar dan kuota yang tidak sedikit untuk update, namun demi keamanan jangan ragu ya hehe.
3. Mengubah Sandi Berkala
Dalam upaya menjaga keamanan nasabah dari serangan siber, maka penggantian sandi ATM ataupun M-Bangking perlu dilakukan secara rutin untuk menghindari pembajakan akun karena sandi yang tersebar akibat serangan siber.
Meskipun nasabah tidak perlu khawatir menjadi korban skimming karena kartu ATM telah memakai chip khusus, namun tetap kita tidak boleh lalai akan hal ini. Untuk menjaga kerahasiaan PIN kartu ATM, maka berikut beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. PIN kartu ATM jangan diiberitahu kepada orang lain.
b. Kombinasikan angka dan nomer ketika membuat PIN.
c. Jangan menyimpan PIN kartu ATM di dalam buku catatan atau di dalam ponsel.
d. Ketika melakukan penarikan uang di ATM, maka nasabah bisa menutupi tombol numerik mesin ATM ketika memasukkan PIN.
4. Memanfaatkan Saluran Berita Resmi BRI
Demi menghindari informasi-informasi penipuan hoax yang beredar di tengah-tengah masyarakat, maka pihak BRI telah menghimbau kepada segenap nasabah untuk senantiasa merujuk kepada saluran resmi website dan social media resmi (verified/centang biru) sebagai media resmi pihak bank.
Untuk memperoleh berita resmi mengenai bank BRI itu sendiri, maka berikut alamat yang bisa diakses oleh masyarakat:
a. Web : www.bri.co.id
b. IG : @bankbri_id
c. Twitter : bankbri_id
d. FB : Bank BRI
e. Youtube : Bank BRI
Apabila menghadapi kendala tertentu, maka hubungi Kantor BRI terdekat atau Contact BRI 14017/1500017
Apabila kita mendapatkan informasi tertentu di luar akun dan website resmi di atas, maka kita harus berhati-hati dalam menyikapinya. Di tengah-tengah gerusan arus globalisasi ini, maka kehati-hatian ekstra dalam mengambil informasi dari media sosial sangat dibutuhkan agar kita terhindar dari info penipuan dan hoax.
5. Memasang Antivirus di Ponsel & Komputer
Perlu diketahui bahwa antivirus berperan besar dalam melindungi seseorang dari serangan virus dan bahkan mendeteksi potensi malware yang ada. Bahkan ditemukan juga virus yang disebarkan melalui email dalam bentuk spam.
Antivirus ini juga akan berperan menjaga perangkat digital kita dari aktiitas serangan malware secara diam-diam. Oleh karena itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, maka pemasangan antivirus ini menjadi sebuah kebutuhan untuk kita pasang.
6. Gunakan Web Berbasis HTTPS Dalam Bertransaksi Finansial
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa website jual beli online saat ini begitu faforit di mata masyarakat. Inilah karakteristik generasi digital native yang menyukai transaksi secara cepat dan mudah.
Untuk meminimalisir penipuan pembayaran ketika transaksi online berlangsung, maka bertransaksilah melalui website yang telah menggunakan protokol HTTPS. Walaupun tidak aman secara mutlak, namun setidaknya lebih terjamin keamanannya.
HTTPS (Hypertext Transfer Protocol Secure) ini adalah protokol komunikasi internet yang melindungi integritas dan kerahasiaan data antara komputer pengguna dan situs. Pengguna menginginkan pengalaman online yang aman dan bersifat pribadi saat menggunakan situs tertentu.
7. Literasi Digital
Wakil Gerakan Literasi Nasional (GLDN), Mira Sahid menyebutkan bahwa terdapat empat pilar literasi digital yang harus dimiliki agar terjaga dari kejahatan digital. Keempat kemampuan itu adalah digital skills, digital culture, digital ethics, dan digital safety.
Digital skills ini merupakan kemampuan individu dalam memahami dan menggunakan perangkat lunak atau keras dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, digital skills juga mencakup tentang bagaimanakah seseorang membuat konten, menyebarkan konten, dan berbagi kebaikan dengan konten yang dibuat. Bukan justru merugikan orang lain.
Digital culture atau budaya digital merupakan sebuah kesadaran di mana perbedaan di antara sesame itu pasti terjadi, namun jangan lupa bahwa kita berada dalam sebuah kibaran yang sama. Di sinilah kita akan saling menghargai perbedaan yang ada.
Digital ethic atau etika digital merupakan sebuah etika yang terdapat di ruang digital. Hal ini terkait tentang bagaimana kita memahami etika-etika di ruang digital dan menghormati etika yang telah disepakati bersama itu.
Pilar terakhir adalah digital safety atau keamanan digital. Dalam hal keamanan digital, Mira Sahid menjelaskan mengenai lima hal yang harus dilakukan agar kita terlindung dari kejahatan berbasis digital.
Pertama, pengamanan perangkat digital. Kedua, pengamana identitas. Ketiga, mewaspadai penipuan digital. Keempat, memahami jejak digital. Kelima, memahami keamanan digital bagi anak. Dengan mendalami literasi digital ini dengan baik, maka bukan sebuah kemustahilan bagi kita untuk menciptakan ekosistem digital yang baik dan aman bagi sesame.
8. Berdonasi Pada Pondok IT
Cara lain yang bisa dilakukan oleh seorang nasabah di era kejahatan siber adalah dengan berdonasi kepada pondok IT. Donasi kita memang barangkali tidak kita rasakan hari ini, namun hal itu untuk kebaikan di masa mendatang.
Dengan donasi ini, kita telah membantu pondok-pondok IT untuk melahirkan ahli IT handal dan berjiwa spiritualis di saat yang bersamaan. Merekalah para pejuang kebaikan digital di masa yang akan dating.
9. Menjadi Generasi Milenial Sekaligus Penyuluh Digital
Sebagai generasi yang disebut-sebut sebagai generasi digital native, kita bisa berperan menjadi penyuluh digital di tengah-tengah masifnya kejahatan siber yang terjadi. Kita bisa aktif membuat konten di sosial media yang memberikan edukasi mengenai kejahatan digital bagi masyarakat.
Kita bisa memulainya dengan menjadi penyuluh digital bagi orang-orang terdekat kita. Teman kita, kolega kita, dan keluarga kita. Terlebih dalam dunia pernasabahan, kita berharap menjadi nasabah bijak yang mampu menjawab dan merespon potensi kejahatan siber dengan bijak dan cerdas.
10. Percaya Terhadap Bank BRI
Langkah terakhir yang harus dilakukan oleh nasabah di era kejahatan siber yang masif adalah dengan mempercayai keamanan Bank BRI. Kita harus percaya bahwa pihak bank telah berusaha semaksimal mungkin agar data para nasabah tetap aman dari tindak kejahatan siber.
Penyebab utama dari terjadinya penipuan nasabah sebenarnya adalah berasal dari kelalaian nasabah itu sendiri. Oleh karena itu, saling membantu dengan bersikap cerdas sangat diperlukan agar kita terhindar dari kejahatan siber di era digital ini.
11. Hindari Modus Penawaran Online
Tidak kehabisa akal, para penipu nasabah yang cerdas itu juga mencari beribu cara untuk mengelabuhi kepercayaan nasabah bank. Salah satu caranya adalah dengan menawarkan pinjaman online tanpa syarat yang ribet bagi para nasabah.
Modus penipuan ini adalah dengan meminta nasabah untuk mengunjungi laman website tertentu dan login dengan data pribadi dari nasabah. Ketika nasabah mengisikan data pribadi di website yang disarankan, maka bersiaplah untuk kehilangan data pribadi kamu.
Selain modus pinjaman online, ada juga modus penawaran-penawaran lainnya yang ditawarkan oleh para penipu profesional ini. Mereka juga ada yang menawarkan kartu kartu diskon kepada nasabah dengan memberitahu berbagai manfaat yang bisa diperoleh oleh nasabah.
Mereka para penipu tidak akan kekurangan cara untuk dapat melancarkan aksi penipuannya pada nasabah. Oleh karena itu, tetap jaga diri dan tetap selalu meningkatkan literasi digital di antara kita.
12. Hindari Bantuan Orang Lain Saat Di ATM
Kebaikan itu memanglah suatu hal yang postif di tengah-tengah kehidupan masyarakat, namun perlu ditegaskan juga bahwa setiap kebaikan memiliki tempat dan waktunya masing-masing. Di sinilah penulis memberikan saran agar tidak menerima bantuan pihak asing ketika mengalami kendala saat transaksi di ATM.
Ketika kamu mengalami kendala di ATM, maka segera hubungi call center resmi bank terkait agar diberikan bantuan resmi dari pihak berwajib. Jangan mudah-mudah menerima bantuan dari pihak asing kalau kita tidak mengenal baik orang tersebut. Bisa jadi kebaikan seseorang dalam keadaan tertentu merupakan bagian dari rencana kejahatan yang dilaksanakannya. Jadi tetap hati-hati semuannya ^^
13. Free Wifi: Think Again!
Bagi generasi digital native saat ini, tiada hari yang dilalui setiap harinya kecuali ada sinyal internet yang menemani. Terlebih apabila terdapat akses wifi publik gratis, maka banyak di antara kita yang sumringah atas kehadiran wifi gratis ini. Walaupun memberikan banyak manfaat, namun jangan melupakan resiko yang hadir di belakangnya ya.
Wifi publik gratisan lebih rentan tersusupi oleh sesuatu hal yang tidak kita inginkan tanpa sadar. Terlbih ketika kita memutuskan bertransaksi digital menggunakan wifi publik, maka lebih baik urungkan saja niat itu. Kita tidak ingin adanya pihak ketiga yang menyabotase kegiatan transaksi digital kita kan? Oleh karena itu, hindari wifi publik sebisa mungkin dalam hal bertransaksi digital dan keperluan penting ya ^^
Video Edukasi Kejahatan Siber
Untuk lebih memahamkan para nasabah terhadap kejahatan digital ini, maka simaklah video-video berikut ^^
1. Penipuan Customer Care Palsu
Video yang dibuat oleh pihak Bank BRI ini memberikan edukasi sekaligus huburan di saat yang bersamaan hehe. Kejahatan penipuan terhadap nasabah harus diketahui sedari dini ciri-cirinya. Oleh karena itu, jadilah nasabah yang bijak dengan selalumenambah wawasan digitalnya setiap saat.
Selain itu, video ini juga memberikan edukasi mengenai beberapa tips dan trik menghadapi customer care palsu. Simak tips dan triknya yaa ^^
a. Selalu cek keresmian akun media sosial bank, apabila tiba-tiba mendapat pesan di media sosial.
b. Kenali karakteristik akun-akun palsu seperti pengikutnya sedikit, akun yang masih baru dibuat, dll.
c. Kroscek ulang akun tersebut via pencarian Google.
d. Penipu-penipu biasanya mengalihkan pembicaraan ke Whatsapp pribadi dan dengan nomer pribadi juga.
e. Curigai apabila penipu meminta data-data pribadi kita.
2. Waspada Kejahatan Perbankan
Video yang dibuat oleh pihak Bank BRI ini memberikan edukasi kepada kita akan kehati-hatian pada oknum yang mengatasnamakan Bank BRI. Dalam melaksanakan transaksi digital, berikut beberapa tips dan trik aman bertransaksi di mesin ATM yang dapat diambil dari video tersebut:
a. Buat pin ATM dengan kombinasi angka dan huruf.
b. Ubah PIN secara berkala dan tetap jaga kerahasiaan PIN tersebut.
c. Tutupi dengan tangan saat memasukan PIN di ATM.
d. Jangan sampai kartu ATM dan uang tertinggal setelah transaksi.
e. Jangan beritahu PIN atau kode OTP kepada orang lain.
f. Waspadai perilaku orang mencurigakan di sekitar kita ketika kita menarik uang di ATM.
g. Hubungi customer care resmi apabila mengalami kendala dan masalah.
3. Waspadai Modus Baru Penipuan “Social Engineering”!
Video ini merupakan edukasi mengenai modus baru penipuan di era digital saat ini. Social engineering (Soceng) ini bertujuan untuk memanipulasi psikologis korban untuk mendapatkan data-data pribadi para nasabah.
Penutupan
Kejahatan siber dari tahun ke tahunnya tidak bisa kita prediksi bentuknya. Berbagai jenis modus penipuan yang belum pernah ada beberapa puluh tahun yang lalu, kini mulai bermunculan satu persatu. Hal ini menunjukkan bahwa kejahatan itu akan berubah sesuai dengan kondisi perkembangan zaman yang ada.
Terlebih dengan kehadiran era digital saat ini, maka hampir semua modus penipuan saat ini berbasiskan digital sebagai perantara pelaksanaannya. Di sinilah generasi segenap elemen masyarakat Indonesia, terkhsus generasi muda harus bahu membahu dalam menjaga keamanan antar sesama.
Bagi generasi digital native, maka gunakananlah kelebihan literasi digital yang kalian miliki untuk saling mengedukasi bersama mengenai kejahatan siber ini. Penyebab terbesar terjadinya penipuan sebenarnya bukan karenan sistem perbankan yang lemah, namun justru karena kelengahan nasabah itu sendiri.
Akun Resmi BRI
#NasabahBijak #NasabahBijakBloggingCompetition #MemberiMaknaIndonesia
https://www.nu.or.id/nasional/pentingnya-memahami-pilar-literasi-digital-agar-terhindar-dari-kejahatan-siber-JdgTu
https://pbs.twimg.com/media/FdFw5bhagAADWxt?format=jpg&name=900×900
https://www-static-blogs.operacdn.com/indonesia/wp-content/uploads/sites/9/2017/07/blog-4.pn
https://www.boombastis.com/struk-atm-palsu/18038
https://indonesiabaik.id/public/uploads/post/3704/3704-1606991621-200808_IPP_Hati-Hati!-Kejahatan-SIM-Swap-Sering-Terjadi_DV.jpg
https://beritagar.id/lomba/infografik/galeri/845
https://i.pinimg.com/736x/e6/ec/eb/e6eceb7bbc50bdec5f3da1d684612e54–keep-in-mind-stay-safe.jpg
https://pbs.twimg.com/media/ExE5n8hVEAkEQMQ.jpg:large
https://assets.kompasiana.com/statics/files/1412523801929119841.jpg?t=o&v=700?t=o&v=770
https://www.dewaweb.com/blog/pengertian-dan-jenis-cyber-crime/https://www.simulasikredit.com/apa-itu-digital-native/
https://pbs.twimg.com/media/D0yT_fuV4AARlQE.jpg
https://kumparan.com/user-11052022163534/pentingnya-literasi-digital-di-era-digital-1y3VcgyxLYl
https://unnes.ac.id/pakar/perguruan-tinggi-menyambut-era-disrupsi
https://www.bi.go.id/QRIS/default.aspx
https://www.comparitech.com/vpn/cybersecurity-cyber-crime-statistics-facts-trends/
https://www.dewaweb.com/blog/jenis-dan-penyebab-malware-pada-website/
https://grafis.tempo.co/read/3083/terus-menerus-data-bocor-10-kasus-kebocoran-data-dalam-2-tahun
https://idsirtii.or.id/image/foto/95b906ffefe9ae7f0bf7c5a7babfa90d.jpg
https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220323093502-37-325158/awas-jangan-buka-pesan-sms-dari-whatsapp-ini-bisa-dirampok
https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2022/07/25/1456101/content_images/670×335/20220725112934-1-cek-fakta-waspada-lowongan-kerja-palsu-catut-nama-tokopedia-001-wisnoe-moerti.jpg
https://keuangan.kontan.co.id/news/kejahatan-siber-ancam-perbankan-kesadaran-nasabah-dan-pegawai-bisa-kurangi-risiko
https://tekno.kompas.com/read/2017/04/28/08042477/situs.telkomsel.diretas.berisi.keluhan.internet.mahal?page=all
https://asset.kompas.com/crop/0x0:1000×667/750×500/data/photo/2017/05/13/909179873.jpg
https://keuangan.kontan.co.id/news/kejahatan-siber-ancam-perbankan-kesadaran-nasabah-dan-pegawai-bisa-kurangi-risiko
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/cerita-bi/Pages/Pandemi-Pendorong-Digitalisasi.aspxhttps://www.freepik.com/
https://bri.co.id/test/-/asset_publisher/G3x3P8wG7JRn/content/gratis-nasabah-bisa-ganti-kartu-atm-ber-chip-di-semua-unit-kerja-bri
https://www.aspirasiku.id/nasional/pr-1093834406/bri-bantah-tudingan-keamanan-aplikasi-mobile-banking-brimo-dijebol-faktanya-korban-penipuan?page=2https://developers.google.com/search/docs/advanced/security/
https?hl=idhttps://pondokit.com/
https://youtu.be/apQccXpnl6I
https://youtu.be/Qy51gBbfMlM
https://youtu.be/2oPYVoZfJ_s
https://ppid.diskominfo.jatengprov.go.id/isu-hoaks-disinformasi-13-juni-2022/