Mu’tamar Ithla dan PNMHII, Di mana Mahasiswa PAI?
Oleh: Krisna Wijaya
Catatan Kritis Seorang Mahasiswa
Berbicara mengenai seorang mahasiswa, maka sejatinya kita sedang membahas mengenai masa depan. Hal ini dikarenakan tawaran terbaik yang bisa diberikan oleh seorang mahasiswa adalah kontribusi mereka di masa depan.
Oleh karena itu, wajar saja apabila mereka minim pengalaman dan banyak melakukan kesalahan. Anies Baswedan menjelaskan penyebab hal ini adalah karena mereka generasi muda tidaklah menawarkan pengalaman kepada kita, namun yang mereka tawarkan adalah masa depan.
Mahasiswa itu adalah anak-anak muda pilihan. Mereka anak-anak istimewa yang mendapat kesempatan merengguk dalamnya sumur ilmu pengetahuan. Sudah menjadi tabiatnya apabila mereka ingin merubah keadaan sekitar agar sesuai dengan prinsip dan idealisme mereka.
Hei kampus, apa kabar dirimu? Apakah dirimu menjelma menjadi penjara bagi mereka para mahasiswa? Atau menjadi tempat belajar ideal yang diimpi-impikan seperti di dalam utopia? Hei kampus, apa kabar hubunganmu dengan mahasiswa?
Hei mahasiswa, apa kabar perjuanganmu? Apakah dirimu masih menyandang gelar mahasiswa saat ini? Di mana pergerakanmu wahai mahasiswa? Di mana argument kritismu di saat negeri sedang merintih tertatih-tatih? Ketika hilang jiwa mahasiswa dari dirimu, maka ada ataupun tidak adanya dirimu ternyata tidak ada bedanya.
Bergerak dan jangan takut melakukan kesalahan untuk berbenah. Kalian para mahasiswa adalah manusia istimewa yang mendapat privilege untuk bisa melakukan kesalahan di usia muda kalian. Beranilah bergerak walaupun itu masih salah untuk berbenah kemudian. Bukan waktunya menjadi mahasiswa yang hobi cari aman dengan bersikap netral-netralan.
Sepucuk Surat Dari Mahasiswa PBA
Sepucuk surat ini ditulis dengan bahasa seorang mahasiswa, untuk dan oleh mahasiswa. Tahukah dirimu, beberapa temanku belakangan ini mengikuti agenda besar di prodi mereka masing-masing.
Sebagian temanku dari prodi Pendidikan Bahasa Arab baru-baru ini mengiktui Muktamar ITHLA X (Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab Seluruh Indnesia) yang diselenggarakan di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebuah momen di mana seluruh perwakilan mahasiswa PBA dapat berkumpul dan saling bersinergi untuk kebaikan negeri. Hadir juga di dalamnya tokoh-tokoh besar yang memberikan inspirasi sekaligus pengalaman mereka untuk bisa menjadi bekal para mahasiswa dalam menata masa depan.
Melalui Muktamar ini, persatuan mahasiswa PBA seluruh Indonesia berusaha menyemaikan learning organization (organisasi pmbelajar) yang bisa memberikan kebaikan kepada bangsa dan negara.
Hal ini juga sebagaimana yang ditegaskan oleh Kasubdit Pengembangan Akademik-Dikti Kemenag RI, M. Adib bahwa, “Mari bersama-sama menjadikan ITHLA sebagai learning organization (organisasi Pembelajar) ketika semua orang di dalamnya mau berbagi keilmuan mau saling membesarkan. Organisasi itu akan besar ketika orang-orang didalamnya tidak puas diri untuk belajar tetapi terus meningkatkan kapasitas diri.”
Lihatlah senyuman dan kebanggan mereka dalam mengikuti muktamar ini. Mustahil mereka mampu berada di sana apabila kampus, terkhusus prodi tidak mendukung mereka. Sudah seyogyanya bagi pihak kampus, terkhusus prodi untuk mendukung penuh bagi para mahsiswanya agar bisa survive menempa diri mereka di manapun mahasiswa tersebut berpotensi untuk bertumbuh..
Alhasil, mereka mampu mengharumkan nama kampus dengan prestasi yang mereka dapatkan di sana. Terlebih hal itu diperkaya dengan terjalinnya network antar sesama mahasiswa PBA seluruh Indonesia.
Sepucuk Surat Dari Mahasiswa HI
Surat kedua ini kutuliskan ketika beberapa temanku dari Hubungan Internasional baru saja mengikuti Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional Indonesia (PNMHII) yang ke 34 di Bali.
Melalui diskusi singkat dengan temanku yang hadir dalam acara ini, mereka di sana benar-benar bertumbuh untuk menciptakan learning society di antara mereka. Mereka duduk dan berbagi argumen seputar permasalahan serta solusi bagi negeri ini.
Melalui pergerakan itulah mereka terbentuk. Melalui pergerakan itulah mereka bertumbuh. Melalui pergerakan itulah mereka memahami sudut pandang lain yang akan mengkayakan pandangan mereka dalam memahami dunia ini.
Bahkan, kudengar mereka juga mempraktikkan simulasi sidang PBB di sana. Walaupun hanya sebatas simulasi, namun tidak ada yang tahu kan mengenai siapa saja di antara anak-anak muda itu yang kelak akan berdiri sebagai perwakilan negara kita untuk berbicara di panggung internasional itu.
Semua yang mereka lakukan adalah demi memaksimalkan potensi yang ada dalam diri mahasiswa. Mereka memahami bahwa mahasiswa bukan tempatnya untuk berdiam diri di dalam kampus.
Dengan dukungan penuh dari prodi, alhasil mereka bisa mengharumkan nama kampus dengan prestasi yang mereka raih dan menjalin relasi dengan persatuan mahasiswa HI seluruh Indonesia.
Pikiran mereka akan terbuka dengan adanya pertemuan ini. Walaupun mereka berstatus tinggal di dalam asrama kampus setiap harinya, namun pikiran dan semangat mereka berkelana mengelilingi semesta tanpa perlu merasa terpenjara.
Suara Mahasiswa
Entah mahasiswa atau prodi yang harus disalahkan? Irama di sini menghasilkan keheningan yang begitu damai nan agak jauh dari kata pergerakan. Tidak kulihat pergerakan mahasiswa PAI beberapa tahun belakangan ini. Ku mulai ragu, apakah jiwa mahasiswa benar-benar bersemayam dalam diri mereka atau tidak ya?
Kudengar pertemuan aliansi mahasiswa PAI terakhir yang diikuti mahasiswa prodiku adalah beberapa tahun yang lalu. Ada apa gerangan? Mengapa hal itu terhenti dan mati di pertengahan jalan?
Memang benar bahwa nilai pendidikan di universitas kita sangat menjaga hubungan antar lawan jenis. Tentunya tidak dipungkiri juga bahwa pertemuan aliansi mahasiswa itu akan memicu interaksi antar lawan jenis sebagai bagian dari kebutuhan acara tersebut. Namun bukan berarti hal itu menjadi alasan mahasiswa tidak mampu/diperbolehkan mengikuti acara inikan?
Seorang bayi memang sangat berpotensi untuk mencelakakan dirinya sendiri apabila dilepaskan dengan bebas. Namun bukan berarti kita akan melarang bayi tersebut untuk tumbuh berkembang bukan? Biarkan bayi tersebut tumbuh selagi kita berikan edukasi di kala pertumbuhannya. Bukankah itu cara yang tepat untuk memaksimalkan pertumbuhan bayi?
Semoga ke depannya mahasiswa dan prodi dapat saling berkolaborasi dalam kebaikan untuk mampu membangun kawasan learning organization (organisasi Pembelajar) yang saling mensuport antar satu dengan yang lainnya.
Sekali lagi untukmu mahasiswa
Dirimu adalah mahasiswa yang bukan waktunya memiliki hobi cari aman dengan bersikap netral-netralan. Bergeraklah dengan pergerakan pikiranmu sebagai seorang mahasiswa.
Baca juga artikel di library