Konsep Holistic Education Perguruan Tinggi Islam Pesantren
Oleh: Krisna Wijaya
Dewasa ini, perkembangan zaman telah mengharuskan institusi pesantren untuk melakukan perubahan transformasi model pendidikannya yang mereka miliki. Salah satu bentuknya adalah dengan mensinergikan model pendidikan pesantren ke dalam bentuk model pendidikan perguruan tinggi Islam.
Model perguruan tinggi yang dipadukan dengan nilai-nilai kepesantrenan ini termasuk sesuatu unik dalam dinamika dunia pendidikan Islam di Indoensia. Eksistensinya pun semakin dinamis di tengah-tengah laju transformasi digital saat ini.
Kembali mengingat pernyataan Mantan Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Mukti Ali yang pernah menegaskan bahwa model pendidikan Islam ideal adalah konsep sekolah yang dipadukan dengan sistem asrama.
Senada dengan pernyataan tersebut, Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi kemudian membawa konsep tersebut dalam tataran perguruan tinggi Islam. Beliau melalui berbagai kajian yang mendalam kemudian sampai pada kesimpulan bahwa konsep perguruan tinggi Islam yang ideal adalah perguruan tinggi yang diasramakan.
Universitas Berbasis Pesantren
Konsep universitas pesantren ini tentunya berbeda dengan konsep universitas-universitas Islam pada umumnya. Salah satu perbedaan yang mencolok itu adalah sistem kurikulum asrama universitas pesantren sangat berbeda dengan sistem asrama yang diadopsi oleh universitas-universitas Islam pada umumnya.
Perguruan tinggi Islam yang menyediakan asrama kebanyakan hanya sebatas memfasilitasi dalam penyediaan tempat tinggal mahasiswa di asrama dalam bentuk tempat tinggal yang nyaman saja bagi para mahasiswanya.
Lantas, apa perbedaan asrama universitas pesantren dengan universitas Islam pada umumnya? Pihak perguruan tinggi Islam yang memfasilitasi asrama biasanya hanya sebatas menyediakan tempat tinggal yang nyaman bagi mahasiswanya dan kurang memikirkan pendidikan asrama yang didapatkan mahasiswanya.
Pihak kampus tidak terlalu memperhatikan mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa di asrama. Seakan seperti sebuah tempat kos mahasiswa, konsep asrama mahasiswa pada akhirnya tidak bisa berperan ideal untuk menjadi tempat bertumbuh dalam kehaikan bagi mahasiswa.
Dalam upaya melahirkan national builders yang solutif dan berperan aktif dalam memecahkan berbagai masalah bangsa, konsep perguruan tinggi yang mengadopsi nilai-nilai kepesantrenan ini sangat diperlukan untuk diformulasikan dan dikembangkan lagi di era disrupsi saat ini.
Holistic Education
Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) merupakan sebuah universitas unik yang terletak di daerah Ponorogo, Jawa Timur. Dikatakan unik karena sistem pendidikan di perguruan tinggi ini memadukan konsep pesantren sebagai basis utama pendidikannya.[1]
Terlebih UNIDA Gontor juga menjadikan masjid sebagai pusat utama berlangsungnya pilar pendidikan yang menjiwai kampus ini.[2] Semua hal ini merupakan keunikan yang termasuk ke dalam hidden curriculum di UNIDA Gontor.
Dikatakatan tersembunyi karena seluruh nilai-nilai pendidikan yang memadukan antara pilar universitas, masjid, dan pesantren ini akan menghasilkan sebuah nilai pendidikan holistik yang berjalan setiap saat, baik di dalam ataupun di luar kelas.
Maka dari itu, keunikan kurikulum UNIDA Gontor tidak hanya menerapkan Tri Dharma perguruan tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat) saja,[3] namun juga dengan dua Dharma tambahan, yaitu kepesantrenan dan islamisasi ilmu sebagai bentuk hidden curriculum-nya.
Dharma kepesantrenan
Sistem pendidikan berbasis pesantren ini merupakan bentuk keunikan Dharma tambahan yang yang ada di UNIDA Gontor. Hal ini telah dijelaskan oleh Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi selaku Rektor UNIDA Gontor ketika masa-masa perkenalan Khutbatul Arsy awal 2022 kemarin.[4]
Digagasnya sistem pesantren di perguruan tinggi ini karena dinilai merupakan bentuk model pendidikan ideal yang mampu menjawab berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan saat ini. Kembali mengingat Mantan Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Mukti Ali pernah menegaskan bahwa model pendidikan Islam ideal adalah konsep sekolah yang diasramakan.
Senada dengan hal ini, Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi kemudian membawa konsep tersebut dalam tataran perguruan tinggi Islam. Beliau di berbagai kesempatan kemudian menegaskan bahwa konsep perguruan tinggi Islam yang ideal adalah perguruan tinggi yang diasramakan (mengadopsi konsep pesantren).[5]
Untuk mendukung tujuan mulia tersebut, berbagai sarana dan prasarana juga telah tersedia di dalam lingkungan kampus seperti masjid, ruang kuliah, perpustakaan, perkantoran, sarana olahraga, perumahan dosen, asrama mahasiswa, dan berbagai fasilitas lainnya.[6]
Terlebih sistem asrama ini tidak hanya sebatas menyediakan tempat tinggal seperti rusunawa ataupun kos-kosan saja, namun sistem asrama mahasiswa yang memiliki nilai-nilai kedisiplinan yang dijaga dan ditegakkan di dalamnya.
Demi menjaga agar nilai-nilai disiplin dapat tetap hidup dalam kehidupan asrama mahasiswa, maka dibentuk biro khusus untuk memperhatikan hal itu yang diberi nama Direktorat Kepesantrenan.
Direktorat Kepesantrenan adalah lemba yang membantu rektor dan Wakil Rektor 1 dalam membina mahasiswa santri di luar jam kuliah. Lembaga ini bisa disebut juga dengan lembaga kepesantrenan UNIDA Gontor.[7]
Dengan hadirnya Dharma Kepesantrenan ini, UNIDA Gontor mencoba hadir membawakan solusi bagi permasalahan-permasalahan di negeri ini melalui perbaikan dalam sistem pendidikannya.
Dengan adanya konsep kepesantrenan ini, maka mahasiswa akan lebih terjaga dari tantangan pemikiran modern yang mengancam generasi muda saat ini. Upaya ini kemudian akan menjadikan mahasiswa-mahasiswa UNIDA Gontor lebih terjaga dalam zona learning society di dalam kawasan kampus dibandingkan dengan mahasiswa yang berada di luar kampus.
Disebut learning society karena segala aktivitas harian yang terjadi di dalam kampus merupakan sebuah pendidikan yang berlangsung selama 24 jam setiap harinya. Dalam zona learning society ini, tokoh panutan/teladan sangat memberikan peran besar dalam mensukseskan suasana pembelajaran di dalamnya.[8]
Oleh karena itu, dosen di UNIDA Gontor diwajibkan untuk tinggal di dalam lingkungan kampus untuk memaksimalkan peran seorang dosen agar bisa berperan maksimal menjadi seorang teladan bagi mahasiswa-mahasiswanya.[9]
Pada akhirnya, model pendidikan seperti ini akan lebih memaksimalkan pembentukan dan penjagaan moral mahasiswa dari permasalahan degradasi moral yang sedang terjadi. Terlebih mahasiswa-mahasiswa yang ada juga akan terbiasa untuk hidup dalam sebuah ekosistem kebaikan dan menumbuh menjadi orang baik.
Daftar Rujukan
[1] Tiodara, R., & Rahmandani, F. (2018). Revitalisasi sistem perguruan tinggi pesantren sebagai intensifikasi akhlak remaja di era globalisasi. University of Darussalam Gontor 15-16 September 2018, h. 106.
[2] Puspitasari, N. S., Taqriri, Z., Falah, F., Al-Faathir, F. E., Basya, A. A., & Rohman, F. (2021). pendampingan pembuatan satr dan poster shaf sholat pada masjid jami’unida gontor sebagai upaya optimalisasi kekhusyukan sholat. Jurnal Terapan Abdimas, 7(1), h. 41-46.
[3] Lian, B. (2019, July). Tanggung jawab Tridharma perguruan tinggi menjawab kebutuhan masyarakat. In Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, h. 100.
[4] Disampaikan oleh Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam rangka pidato Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy’ yang mengangkat tema “universitas darussalam (unida-gontor) (universitas Bersistim Pondok Modern)” 2022.
[5] Disampaikan ketika Pekan Perkenalan Khutbatul Arsy’ 2022 di UNIDA Gontor kemarin.
[6] Cuseno, F. A. A., & Asy’ari, N. A. S. (2022). Tahapan Culture Shock Pada Mahasiswa Reguler Universitas Darussalam Gontor. Sahafa Journal of Islamic Communication, 4(2), h. 212.
[7] Dokumentasi Pelaksanaan Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy 1442 H
[8] Sadjim, U. M., Muhadjir, N., & Sudarsono, F. X. (2016). Revitalisasi Nilai-Nilai Bhinneka Tunggal Ika dan Kearifan berbasis Learning Society. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi, 4(1), h. 79-91.
[9] Achmadi, F. (2021). Analisis Manajemen Pada Penerapan Ekonomi Protektif Pesantren Di Unit Usaha Unida Gontor Siman (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo), h. 5.