Zona Spiritual UNIDA Gontor
Artikel ini dirangkai berdasarkan salah satu karya kami yang telah terpublish di Jurnal Cerdik (pendidikan) Universitas Brawijaya. Berikut link “Karyanya Jurnalnya” Karya ini tentunya masih jauh dari kata tajam, namun kami harap pembaca dan penikmat isu-isu dunia pendidikan dapat mengambil kebaikan dari tulisan ini
Oleh: Krisna Wijaya
Zona Spiritual
Dalam sebuah seminar pendidikan nasional, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Rasyid Baswedan pernah menegaskan mengenai keadaan umat Islam di Indonesia yang sering mengalami ketertinggalan apabila dibandingkan dengan umat-umat yang lainnya.
Beliau tegaskan bahwa umat Islam sering gagal karena mereka gagal dalam merespon perubahan di masa mendatang. Telah kita rasakan bersama bahwa saat ini kita sedang berada di era yang disebut-sebut sebagai era digital.
Era digital merupakan sebuah era yang memiliki karakteristik transformasi kehidupan manusia dari yang semula bersifat manual ke sesuatu yang serba digital (Tim Penulis Prosiding, 2021). Perkembangan IPTEK pada faktanya tidak hanya memberi dampak positif saja, namun dampak negatif ternyata juga menyertai di belakangnya.
Dampak positif dari perkembangan Iptek ini adalah ditemukannya berbagai penemuan yang bisa meningkatkan taraf kualitas hidup seseorang. Sementara isu-isu global yang mengarus deras bisa memberikan dampak negatif apabila tidak direspon dengan baik (Islami, 2022).
Sekalipun era digital telah menghasilkan berbagai disiplin keilmuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, namun sekali lagi, tidak bisa dinafikan bahwa keilmuan yang berkembang pesat di era digital juga merusak aspek spiritualitas kehidupan manusia dikarenakan krisis epistemologi ilmu yang hinggap disebaliknya (Armas, 2015).
Krisis Spiritual
Krisis epistemologi ini akan menghasilkan sains modern yang jauh dari nilai ketuhanan (desakralisasi) (Junaedi & Wijaya. Mirza Mahbub, 2019). Hal inilah yang akan menyebabkan masalah kehampaan spiritualitas menyapa masyarakat modern saat ini.
Ahli psikoanalisis dari New York, Rolly May menjelaskan bahwa perasaan kesepian dan kehampaan spiritual merupakan penyakit yang sudah biasa diidap oleh masyarakat modern saat ini (Saputra, 2016). hal ini lagi kembali kepada ilmu pengetahuan modern yang jauh dari nilai-nilai agama di dalamnya.
Permasalahan ini sebenarnya sudah lama dideteksi dan dianalisa oleh berbagai cendekiawan muslim kita, termasuk di dalamnya Syed Muhammad Naquib al-Attas. Pada tahun 60 sampai 70-an, beliau telah mendeteksi permasalahan desakralisasi yang berusaha dihegemonikan oleh peradaban Barat ini.
Pada tahun 1969, beliau menulis sebuah buku yang berjudul Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization of the Malay-Indonesian Archipelago (Primarni & Khairunnas, 2016). Kemudian di tahun 1973, al-Attas kembali menulis sebuah buku berjudul Risalah untuk Kaum Muslimin (Husaini, 2019).
Karya-karya al-Attas ini sudah sejak lama berusaha mengkritisi sekularisasi ilmu yang terjadi di dunia barat dan sebagai bentuk keprihatinan beliau terhadap keadaan kaum muslimin yang tidak menyadari persoalan penting ini.
Sadar atau tidak, sekularisasi ilmu yang berorientasi pada desakralisasi ini begitu berbahaya bagi kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan proses desakralisasi memiliki potensi besar dalam memicu permasalahan kehampaan spiritual masyarakat modern. Masyarakat modern saat ini sepertinya lupa bahwa agama dan spiritualitas itu sebenanrya memegang pernanan penting dalam tumbuhnya berbagai peradaban besar di muka bumi ini.
Bahkan bagi peradaban yang bercorak sekuler sekalipun tidak bisa dinafikan bahwa aspek agamalah yang menjadi titik balik perkembangan peradaban tersebut (Hanifa, 2022). Pemerintah Indonesia sepertinya sudah menyadari mengenai pentingnya aspek sebuah agama dalam kebangkitan sebuah peradaban.
Dalam pendidikan misalnya, pemerintah telah merumuskan dalam sistem pendidikan nasional bahwa salah satu tujuan dari pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Bahri, 2020).
Aspek pendidikan ini sebenarnya juga memegang peran sentral dalam membangun peradaban Indonesia. Rektor Universitas Darussalam Gontor, Hamid Fahmy Zarkasyi dalam sebuah seminar pendidikan pernah menegaskan bahwa tidak ada satupun peradaban besar di muka bumi ini yang tumbuh menjadi sebuah peradaban besar tanpa campur tangan peran pendidikan di dalamnya.
Oleh karena itu, peran pendidikan, terkhusus pendidikan yang menjadikan agama sebagai basis pendidikan adalah sangat penting untuk kita perhatikan bersama. Di tengah-tengah suasana pendikotomian ilmu yang terjadi dalam dunia pendidikan kita (Daulay et al., 2021)
Maka dari itu, kita membutuhkan sebuah model pendidikan Islam yang mampu mengisi permasalahan kekosongan spiritualitas masyarakat modern melalui terobosan dalam dunia pendidikan. Sebuah konsep pendidikan yang tidak hanya menumbuhkan kecerdasan intelektual ataupun kecerdasan emosional semata, namun juga menumbuhkan kecerdasan spiritual peserta didiknya.
Selengkapnya mengenai konsep zona al-Qur’an yang masih jauh dari kata lengkap, silahkan baca pada salah satu karya kami ini:
Upaya Sistem Zona Al-Qur’an Unida Gontor Dalam Menguatkan Kecerdasan Spiritual Mahasiswa
Daftar rujukan artikel:
Armas, A. (2015). Krisis Epistemologi dan isalmisasi Ilmu. CIOS.
Bahri, Z. (2020). Pendidikan Tauhid Dalam Perspektif Kontitusi. Guepedia.
Budhiana. (2021). Peran Kecerdasan Spiritual Dan Kecerdasan Emosional Bagi Generasi Digital Native. Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 4(1), 58–59.
Daulay, H. P., Dahlan, Z., Priono, A., & Lubis, A. P. (2021). Kolonialisme dan Dikotomi Pendidikan di Indonesia. Journal Islamic Education, 1(1), 1–10.
Hanifa, M. (2022). Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia,. Jejak Pustaka.
Husaini, A. (2019). Filsafat Ilmu Perspektif Barat & Islam. Gema Insani.
Islami, A. I. (2022). Saintis Muda Di Era Digital. Alinea Media Dipantara.
Junaedi, M., & Wijaya. Mirza Mahbub. (2019). Pengembangan Paradigma Keilmuan Perspektif Epistemologi Islam: Dari Perenialisme hingga Islamisme, Integrasi-Interkoneksi dan Unity of Science. Kencana.
Primarni, A., & Khairunnas. (2016). Pendidikan Holistik: Format Baru Pendidikan Islam Membentuk Karakter Paripurna. AMP Press.
Ramayani, Saleh, & Azmi. (2021). ., & Azmi, F. (2021). Penerapan Pembelajaran Tahfidzul Al-Qur’an untuk Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Siswa d MTs Teladan Gebang. Journal of Islamic Education Studies, 1(2), 205.
Rohana, & Iskandar. (2021). Kecerdasan Utama Muhammad SAW dan Relevansinya dengan Ilmu Kecerdasan Modern. Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Bisnis Islam, 3(1), 11.
Saputra, B. (2016). Kado Anak Negeri Untuk Sang Presiden: Membongkar Berhala Sosial-Politik di Era Indonesia Modern. Prenadamedia Group.
Tim Penulis Prosiding. (2021). Prosiding Transformasi Pembelajaran Nasional . Peluang Dan Tantangan Pembelajaran, 339.
Zarkasyi, H. F. (2022). Pekan Perkenalan Khutbatu-L-‘Arsy Universitas Darussalam Gontor. UNIDA Gontor Press.