kkn
Ruang Opini

KKN Bermutu dan Berarti

Membaca Pesan Dr. Khoirul Umam

Jumat, 10 Februari 2023, penulis telah mengikuti pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat UNIDA Gontor. Acara ini diikuti oleh seluruh mahasiswa reguler dan guru semester 6 di kampus cabang ataupun pusat.

 

Al-Ustadz Dr. Khoirul Umam dalam sambutan pidato acara ini menjelaskan bahwa kegiatan KKN ini merupakan salah satu langkah upaya besar yang ditempuh UNIDA Gontor dalam merealisasikan mimpi para pendirinya untuk menjadikan universitas ini sebagai perguruan tinggi yang bermutu dan berarti.

           

Melalui kegiatan ini, mahasantri-mahasantri ini berusaha ditempatkan dan diharuskan untuk menjadi seseorang yang bermutu dalam segi kualitas diri dan membawa arti bagi lingkungan tempatnya mengabdi di masyarakat. Hal ini sesuai dengan cita-cita Trimurti yang telah tertuangkan dalam piagam wakaf.

 

Sebagai sebuah perguruan tinggi berbasis pesantren, UNIDA Gontor berusaha semaksimal mungkin untuk menghadirkan nafas-nafas keislaman dalam setiap gerkan sendi kehidupan di dalamnya, termasuk di dalamnya kegiatan KKN ini.

 

Hal ini dibuktikan dengan diusungnya tema KKN ke-34 ini yang berbunyi, “Mencerdaskan masyarakat melalui pendekatan agama dalam bingkai digital.” Tema ini tentunya sangat menarik dan mengandung 3 nilai besar yang tersemat dalam tema KKN yang telah ditentukan.

Nilai Pertama: KKN yang Mencerdaskan

Nilai pertama yang diangkat dalam tema besar KKN kala ini adalah nilai mengenai mencerdaskan masyarakat. Perlu dipertegas sedari dini bahwa konsep kecerdasan itu pada hakikatnya bukan hanya mengenai kecerdasan intelektual semata, namun sangat beranekaragam jenis dan bentuk nya.

           

Pakar psikologi Barat, Howard Gardner jauh-jauh hari telah merumuskan mengenai potensi kecerdasan manusia yang tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual semata, namun ternyata kecerdasan itu sangat kompleks meliputi kecerdasan emosi, spiritual, fisik, logika matematika, dll.

 

Apabila merujuk dari konsep kecerdasan yang dirumuskan oleh Gardner, maka kita seharusnya memahami bahwa kegiatan KKN ini memiliki tujuan yang sangat kompleks dalam mencerdaskan dimensi-dimensi kecerdasan manusia. Tentu tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual saja pada outputnya.

           

Maka dari itu, di sini kita sudah memahami sebuah filosofis pendidikan yang berbunyi, “Apapun yang kamu lihat, rasa, dan dengar adalah bagian dari pendidikan.” Artinya, seorang mahasantri di lingkungan perguruan tinggi berbasis pesantren telah dikelilingi zona holistic education yang memaksimalkan potensi kecerdasan bawaan yang setiap aspeknya.

           

Inilah yang harus diperjuangkan oleh segenap mahasantri UNIDA Gontor yang mengikuti kegiatan KKN ini. Setiap pergerakan, suara, dan nafas mereka seharusnya merupakan sumber pendidikan bagi masyarakat tempat mereka berkontribusi. Memang sulit, namun hal ini patut untuk diperjuangkan.

Nilai Kedua: KKN yang Religius

Nilai tujuan kedua yang ditekankan dalam KKN ini adalah tentang kehadiran aspek spiritualitas dalam setiap program kerja yang dilaksanakan. Dr. Khoirul Umam menegaskan bahwa UNIDA tidak mengharapkan adanya kegiatan KKN yang justru merusak esensi keberadaan segala suatu hal di dunia.

 

Kita tidak berharap adanya program-program KKN yang berkilau di mata manusia, namun menghancurkan nilai esensi penciptaan mereka di muka bumi ini. Di sinilah nilai-nilai religiusitas itu semaksimal mungkin harus dihadirkan dalam setiap program-program KKN yang akan dijalankan.

 

Memang tidak mudah, namun hal ini juga bukan sebuah kemustahilan untuk dilakukan. Tidak hanya memandang keberhasilan program dalam sisi empiris semata, tetapi juga memperhatikan esensi metafisik yang menjadi alasan utama nilai segala sesuatu yang ada di dunia ini.

 

Langkah terbaik untuk merealisasikan tujuan besar ini adalah dengan merumuskan program-program KKN yang menghindari hal-hal yang dilarang oleh-Nya. Di sinilah keilmuan seorang mahasantri akan benar-benar dioptimalkan pengaplikasiannya. Terlebih dengan keberadaan visi Islamisasi yang tersemat dalam nafas pendidikannya, maka bukan sebuah kemustahilan untuk hal ini dapat terwujud ke depannya.

Nilai Ketiga: KKN yang Merespon Perkembangan Zaman

Nilai tujuan terakhir yang dijunjung dalam tema KKN di UNIDA Gontor adalah dengan merespon tantangan perubahan zaman. Artinya, perkembangan teknologi harus dihadirkan semaksimal mungkin untuk membentuk digital society yang madani dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2016-2017, Anies Baswedan dalam berbagai paparannya telah menegaskan bahwa salah satu penyebab di mana umat Islam sering kalah daripada umat-umat lainnya adalah tidak merespon perubahan di masa mendatang.

 

Perubahan dalam konteks ini adalah mengenai keberadaan teknologi yang harus diperhatikan keberadaan dan perkembangannya. Menafikan keberadaan teknologi pada dasarnya merupakan salah satu upaya pemunduran peradaban manusia yang disengaja di era sekarang ini.

 

Karena saat ini teknologilah yang menjadi inti corak perkembangan peradaban umat manusia. Maka akan menjadi kurang masuk akal juga apabila kita menafikan potensi keberadaan teknologi dalam merumuskan kegiatan-kegiatan KKN yang ada.

 

Hal di atas tentunya tidak semudah apa yang tertulis dalam buku-buku teori semata. Perlu dilakukan upaya yang serius dalam merealisasikan impian dan tujuan yang besar itu. Perlahan tapi pasti, impian dan tujuan besar itulah yang menggerakan misi kehidupan kita agar dapat bergerak selaras dengan tujuan yang telah ditentukan.

Oleh: Krisna Wijaya

Researcher at Centre for Islamic Education and Contemporary Studies (CIECS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *