Menjadi Mahasantri Berarti di Tengah Pandemi
Tulisan lama tahun 2021 yang ingin diabadikan semata …
Ditulis dalam rangka lomba festival darussalam
Sudah 1 tahun lebih lamanya COVID-19 masuk dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Indonesia.[1] Statusnya yang yang saat ini berstatus sebagai pandemi bisa saja menjadi penyakit endemi sebuah wilayah, meskipun vaksinasi telah mulai dilakukan.[2]
Keberadaan pandemi telah membawa tantangan hidup baru yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Banyak hal yang dahulu leluasa kita lakukan, namun kini terbatas dengan keadaan yang ada. Kita tidak pernah membayangkan sebelumnya akan terjadi wabah yang berdampak pada setiap sisi kehidupan kita.
Pandemi ini tidak bisa ditangani oleh satu pihak saja, namun butuh peran dari berbagai pihak untuk bersinergi dalam menghadapinya. Termasuk peran mahasiswa di dalamnya. Mentri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa peran mahasiswa di era pandemi sangat besar, yaitu dengan melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai COVID-19.[3]
Sosialisasi dan edukasi ini bisa ditunjukkan dengan menjadi teladan masyarakat atau dengan menghasilkan karya-karya yang memiliki nilai edukasi di dalamnya. Tidak selalu semua harus turun di garda depan seperti tenaga kesehatan yang langsung terjun di lapangan, namun sebagian tetap pada peran masing-masing seperti mahasiswa yang berperan dengan kadar intelektual yang dia miliki untuk membangun negeri dengan ide-ide dan gagasanya.
Presiden Joko Widodo melalui konferensi pers yang diadakan di Istana Bogor Jawa Barat pada 15 Maret 2020 lalu, menghimbau dan agar dapat meminimalisir penyebaran virus corona penyebab COVID-19, masyarakat diminta bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah.[4]
Semua kebijakan itu ujung-ujungnya diharapkan dapat memutus penyebaran COVID-19 di tanah air kita. Kita ingin segera merdeka dari keadaan pandemi ini, apalagi disusul dengan moment kemerdekaan yang telah hadir diantara kita. Kita berharap kemerdekaan ini tidak hanya sebatas peringatan simbolis yang dipenuhi dengan perlombaan-perlombaan yang menghilangkan aspek sejarah perjuangan tokoh kemerdekaan.
Kemerdekaan harusnya menjadi waktu kita berefleksi tentang nilai religiusitas yang tidak lepas dari bangsa kita. Bangsa kita merdeka atas berkat agamawan yang memperjuangkan kemerdekaannya. Mulai dari proses perjuangan sampai dengan perumusannya kemerdekaan oleh BPUPKI pun mayoritas dilakukan oleh umat Islam.[5]
“Hampir semua peradaban besar yang pernah tumbuh di muka bumi pada mulanya dimotivasi dan dipelopori oleh keyakinan Agama”, Indonesia pun tidak berbeda, sebagai sebuah peradaban sejak masa sebelum kemerdekaan sampai dengan zaman sekarang, agama menduduki posisi fundamental dalam perkembangan peradaban manusia di dalamnya.[6]
Hal ini menunjukkan bahwa agama, terkhusus agama Islam membawa peran sangat fundamental dalam kemerdekaan Indonesia. Lantas apa hubungannya moment kemerdekaan dengan masa pandemi? Hubungannya sangat jelas, bahwa apabila kita ingin segera merdeka dari wabah pandemi, maka nilai religusitas itu harus dihidupkan dan dihadirkan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Integrasi antara duniawi dengan ukhrawi ini bukan pada level mahasiswa lagi, namun ini telah masuk kepada ranah tingkat peran seorang mahasantri.
Mahasantri, merupakan perpaduan dari jiwa mahasiswa dan seorang santri di saat yang bersamaan. Tidak banyak yang bisa menyandang gelar mahasantri karena tanggung jawab dan tugasnya yang besar. Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor merupakan salah satu perguruan tingga yang sampai saat ini tetap berusaha mecetak kader-kader mahasantrinya untuk menjadi pemimpin bangsa dengan sistem perguruan tinggi pesantren dengan catur pusat pendidikan yang terdiri dari masjid sebagai pusat kegiatan, kyai sebagai figur sentralnya, asrama sebagai penjelmaan masyarakat dan keluarga, kegiatan akademik sebagai pendidikan formalnya.[7]
Sistem pendidikan yang didesain sedemikian rupa di UNIDA ini dibuat demi mencetak kader-kader mahasantri yang akan berperan sebagai pemimpin bangsa serta menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa Indonesia. Gelar mahasantri bukan hanya sebatas gelar yang bersemayam karena statusnya yang belajar di perguruan tinggi berbasis pesantren saja, namun gelar mahasantri adalah dia seorang mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual memadai tanpa melupakan aspek religiusitas dalam dirinya.
Apalagi ditambah dengan moment kemerdekaan, dimana kita kembali menghidupkan nilai religiusitas bangsa kita yang tidak bisa merdeka kecuali dengan peran para agamawan dalam sejarahnya. Dari hal itu seharusnya seorang mahasantri di saat moment kemerdekaan mampu menjadi solusi atas permasalahan yang sedang melanda negeri ini, dalam konteks ini adalah masalah pandemi dengan tetap menghadirkan nilai religiusitas sebagai asas gerakannya.
UNIDA Gontor dengan 7 fakultasnya yang terdiri dari Fakultas Tarbiyah, Ushuluddin, Syariah, Ekonomi dan Manajemen, Humaniora, Sains dan Teknonogi, dan Fakultas Ilmu Kesehatan seyogyanya dapat berkontribusi besar dalam menangani COVID-19 di tanah air kita.
Ditambah dengan bekal worldview Islam yang menjadi basis pandangan hidup semakin menguatkan sisi religiusitas mahasantrinya dalam melakukan segala sesuatu hal. Hal itu diperkuat dengan refleksi kemerdekaan yang sarat akan nilai agama didalamnya seharusnya menjadikan mahasantri mampu memberi solusi pada aspek dunia dengan tanpa melupakan aspek ukhrawinya.
Mahasantri Fakultas Tarbiyah merupakan mahasantri yang terkonsentrasi pada pengkajian dunia pendidikan seyogyanya dapat berkontribusi menghadapi pandemi yang terfokus melalui dunia pendidikan.[8] Terlebih mahasantri UNIDA yang telah dibekali dengan worldview Islam dapat mengedukasi masyarakat dengan tanpa melupakan aspek religiusitas.
Mahasantri Fakultas Tarbiyah dapat dengan aktif berkontribusi menghadapi COVID-19 dengan perjuangannya di ranah dunia pendidikan seperti ikut andil dalam sosialisasi edukasi kepada peserta didik, aktif berkarya dalam menulis, menerbitkan buku edukasi pendidikan mengenai pandemi, dll.
Mahasantri Fakultas Ushuluddin merupakan mahasantri yang terkonsentrasi terhadap pengkajian pemikiran dan teologi seyogyanya dapat berkontribusi menghadapi pandemi yang terfokus pada ranah tantangan pemikiran dan teologi juga.[9]
Dengan menjadikan Tauhid sebagai basis teologinya, mahasantri Fakultas Ushuluddin bisa berkontribusi dengan mengkaji COVID-19 dari ranah ontologi, aksiologi, dan epistemologinya serta dapat dengan aktif mengcouter setiap tantangan pemikiran mengenai COVID-19 ini yang membuat umat kebingungan.
Mahasantri Fakultas Syariah merupakan mahasantri yang terkonsentrasi dalam pengkajian disiplin ilmu hukum Islam seyogyanya dapat berkontribusi menghadapi pandemi yang terfokus pada ranah hukum syariah di saat terjadi pandemi.[10] Dengan kehadiran COVID-19 ini maka aktivitas peribadahan dan kehidupan masyarakat berubah 180°.
Masih ada yang bertanya-tanya sampai saat ini mengenai hukum-hukum peribadahan di saat terjadi pandemi. Oleh karena itu, mahasantri Fakultas Syariah dapat mencerahkan kebingungan masyarakat dengan cahaya ilmu dalam bentuk artikel, video, poster, dll yang telah dikajinya di UNIDA Gontor untuk kemudian dibagikan kepada masyarakat.
Mahasantri Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) yang terkonsentrasi dalam disiplin ilmu ekonomi berbasis Islamisasi dan internalisasi jiwa kepesantrnan seyogyanya dapat berkontribusi menghadapi pandemi yang terfokus pada ranah pembangunan ekonomi ummat.[11]
Menteri Keuangan Sri Mulyani telah menjelaskan bahwa COVID-19 ini telah memberi dampak tantangan terhadap ekonomi global, termasuk ekonomi Indonesia.[12] Dengan menjadikan worldview Islam sebagai basis kajian ekonomi, mahasantri FEM bisa ikut berkontribusi membangun bangsa di era pandemi dengan mencurahkan gagasan hasil analisanya mengenai perekonomian ummat dalam kacamata worldview Islam.
Tidak sedikit masyarakat yang terancam nyawanya karena COVID-19 ini, namun tidak sedikit juga masyarakat yang terancam nyawanya karena kelaparan di saat pandemi terjadi. Oleh karena itu, mahasantri FEM harus ikut andil dalam memahami dan memperjuangkan ekonomi ummat.
Mahasantri Fakultas Humaniora merupakan mahasantri yang terkonsentrasi pada pengkajian bidang politik dan komunikasi yang berbasiskan worldview Islam seyogyanya dapat berkontribusi menghadapi pandemi yang terokus pada ranah pembangunan komunikasi ummat yang berkemajuan tanpa hoax, hate speech, dll di dalamnya.[13]
Dunia komunikasi terkhusus media sosial pada saat pandemi merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan masyarakat Indonesia. kini media sosial menjadi wakil atas kehidupan manusia di dunia nyata. Komunikasi dengan media sosial ini memang membawa dampak baik di masa pandemi pada kehidupan manusia, namun di saat yang bersamaan juga membawa dampak buruk bagi kehidupan manusia.
Hoax, hate speech, dll adalah dampak buruk yang juga mewarnai dunia komunikasi di masa pandemi. Dengan menjadikan worldview Islam sebagai sudut pandangnya, mahasantri Fakultas Humaniora selain bisa mengcouter hoax, hate speech, dll dengan cara mengedukasi melalui konten yang serupa namun dengan nilai yang berbeda, diharapkan juga bisa menjadi pengamat sekaligus pengkaji kritis arus politik di Indonesia. Seperti merespon dengan kritis mengenai fenomena baliho kampanye Pilihan Presiden (Pilpres) yang mulai dipasang di berbagai titik padahal pandemi belumlah berlalu.
Mahasantri Fakultas Sains dan Teknologi merupakan mahasantri yang terkonsentrasi pada pengkajian disiplin ilmu mengenai keterpaduan dan keseimbangan antara iptek, humaniora, dan seni yang seyogyanya dapat berkontribusi menghadapi pandemi dengan cara menggagas ataupun mengkaji secara kritis dasar-dasar sains dan teknologi agar kemudian dapat diarahkan untuk kegiatan produktif dan pelayanan kebutuhan manusia dengan berbasiskan worldview Islam di masa pandemi.[14]
Perkembangan sains di masa pandemi dijelaskan oleh Prof. Dr. Olgun Cicek ke dalam tiga fase. Pertama, realitas baru yaitu adanya perubahan, kompleksitas, dan ketidakpastian yang menimbulkan reaksi spontanitas seperti menutup pembelajaran tatap muka dan memulai kelas online, serta menerka-nerka berapa lama pandemi akan berlangsung dan apa yang akan terjadi setelahnya. Kedua, fase normal baru atau yang kita kenal dengan istilah new normal. Evaluasi dan pemantauan terhadap sumber daya yang tersedia dilakukan di tahap ini. Ketiga, fase mempersiapkan dan membangun masa depan dengan melakukan adaptasi, kreativitas, dan digitalisasi yang berkelanjutan.[15]
Mahasantri Fakultas Sains dan Teknologi yang telah dibekali dengan worldview Islam bisa berkontribusi dalam menghadapi pandemi dalam rangka membangun negeri dengan aktif ikut serta dalam pengkajian, analisis, komunitas, gerakan, dll yang berorientasi pada perkembangan sains untuk kehidupan lebih baik manusia dengan tanpa melupakan atau menyalahi syariat Islam.
Mahasantri Fakultas Kesehatan merupakan mahasantri yang terkonsentrasi pada pengkajian disiplin ilmu kesehatan dengan tanpa melupakan nilai-nilai keislaman dalam pengkajiaannya.[16] Di masa pandemi ini, mereka tenaga kesehatan yang berjuang di garda depan juga butuh untuk diperjuangkan.
Tidak sedikit tenaga kesehatan yang juga ikut berguguran karena terpapar virus dari pasiennya sendiri. Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga kesehatan semakin berkurang, oleh karena itu mahasantri Fakultas Kesehatan di masa pandemi ini dibutuhkan kontribusinya.
Walaupun tidak terjun di garda depan, namun tetap bisa berkontribusi sesuai perannya masing-masing. Hal itu digambarkan ketika masa pandemi ini tidak sedikit elemen masyarakat yang mempertanyakan mengenai kredibilitas vaksin apakah benar-benar menjadi solusi ataukah tidak. Selain itu di masa pandemi ini juga muncul oknum tenaga kesehatan yang menyalahi etika dunia kesehatan, seperti tenaga kesehatan yang menyuntikkan vaksin palsu, dll.[17]
Oleh karena itu, mahasantri Fakultas Kesehatan harus mampu ikut andil dalam mengatasi problematika-problematika itu dengan aktif melakukan pengkajian, analisis kritis, ataupun edukasi kepada masyarakat tanpa meninggalkan aspek religiusitas di dalamnya untuk mengatasi persoalan mengenai vaksin, tenaga kesehatan yang kehilangan jati dirinya, atau bahkan menggagas dan menemukan obat herbal maupun non herbal dalam menghadapi COVID-19.
Terakhir, UNIDA merupakan perguruan tinggi pesantren yang berusaha mencetak mahasantri-mahasantri Rabbani terbaik untuk bisa ikut andil dalam pembangunan bangsa diberbagai aspeknya dengan tanpa memisahkan aspek dunia dengan agama di dalamnya.
Artinya kontribusi mahasantri UNIDA bukanlah hanya sebatas kontribusi dunia saja, namun kontribusi yang menyentuh aspek ukhrawi juga. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi, bahwa ketika menghadapi pandemi ini kita sedang berbicara tentang kausalitas dan taqdir Tuhan terkait dengan pandemi COVID-19.[18]
Maka seyogyanya kita tidak memisahkan antara sebab di dunia dengan sebab di akhirat. Kita juga harus memandang dan menghadapi pandemi melalui dua aspek, yaitu aspek dunia dan aspek akhirat. Selain itu, protokol langit dengan protokol bumi harus diintegrasikan untuk dapat memaksimalkan langkah dalam menghadapi pandemi ini.
Maka dari itu, mahasantri UNIDA yang telah dibelaki dengan ilmu pengetahuan dan basis pandangan worldview Islam harus bisa mengintegrasikan kedua hal itu untuk bisa berkontribusi menghadapi pandemi dengan langkah dimensi langit dan bumi.
Alhamdulillah tulisan ini mendapat juara 1 pada festival darussalam kala itu
Rujukan …
[1] Pemerintah Indonesia pertama kali mengkonfirmasi kasus COVID-19 pada awal maret 2020. Informasi selemgkapnya dapat mengunjungi laman https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/kasus-covid-19-pertama-masyarakat-jangan-panik. Diakses pada 20 Agustus 2021.
[2] Informasi selengkapnya mengenai pengertian endemic sampai pandemi dapat mengunjungi https://nasional.kompas.com/read/2021/08/18/ 16103091/ covid-19-disebut-akan-menjadi-penyakit-endemi-apa-maksudnya?page=all. Diakses pada 20 Agustus 2021.
[3] Informasi selengkapnya dapat mengakses laman https://www.kemenkopmk.go.id/menko-pmk-mahasiswa-berperan-penting-dalam-penanganan-covid-19. Diakses pada 20 Agustus 2021.
[4]https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13014/Bekerja-dari-Rumah-Work-From-Home-Dari-Sudut-Pandang-Unit-Kepatuhan-Internal.html. Diakses pada 20 Agustus 2021.
[5] Disampaikan oleh Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi dalam tausiyah ba’da sholat Jum’at di masjid jami’ UNIDA Gontor pada 20 Agustus 2021.
[6] Prof. Dr. H.M.. Komaruddin Hidayat, Ketika Agama Menyejarah (dalam pidato pengukuhan guru besarnya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2001).
[7] https://unida.gontor.ac.id/perguruan-tinggi-pesantren/. Diakses pada 21 Agustus 2021.
[8] http://tarbiyah.unida.gontor.ac.id/sekilas/. Diakses pada 21 Agustus 2021.
[9] http://ushuluddin.unida.gontor.ac.id/sekilas/. Diakses pada 21 Agustus 2021.
[10] http://syariah.unida.gontor.ac.id/#. Diakses pada 21 Agustus 2021.
[11] https://unida.gontor.ac.id/fakultas-ekonomi-dan-manajemen/. Diakses pada 21 Agustus 2021.
[12] https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita / baca/ 20218 / Tantangan- Ekonomi- Dampak -Virus-Corona-Menkeu-Business-as-Usual-Bukan-Sikap-yang-Saya-Harapkan.html. Diakses pada 21 Agustus 2021.
[13] https://unida.gontor.ac.id/fakultas-humaniora/. Diakses pada 21 Agustus 2021.
[14] https://unida.gontor.ac.id/fakultas-sains-dan-teknologi/. Diakses pada 22 Agustus 2021.
[15] Disampaikan oleh Prof. Dr. Olgun Cicek dari Siprus Utara saat Sarasehan Webinar Islam & the Pandemic Universitas Islam Indonesia pada Sabtu (27/2). Diakses dari https://www.uii.ac.id/perkembangan-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-di-masa-pandemi/. Diakses pada 22 Agustus 2021.
[16] https://fik.unida.gontor.ac.id/sekilas/. Diakses pada 22 Agustus 2021.
[17]https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/11/nakes-yang-suntikkan-vaksin-kosong-minta-maaf-mengaku-sudah-suntik-599-orang-di-hari-kejadian. Diakses pada 22 Agustus 2021.
[18]https://indonesiainside.id/headline/2021/07/23/rektor-unida-gontor-penyebab-kematian -banyak-sekali-tetapi-kematian-itu-satu. Diakses pada 22 Agustus 2021.