Kausalitas Kehidupan dalam Islam #1
Dalam kehidupan dunia, ada istilah hukum kausalitas yang berarti hukum keniscayaan bagi alam semesta. Fitrah manusia adalah untuk memahami bahwa setiap akibat atau peristiwa yang terjadi merupakan hasil dari sebuah sebab. Keteguhan dalam keyakinan umat Islam ini juga terwujudkan pada keyakinan rukun Imannya.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Kitab Matan Arba’in Nawawi, “Anda beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan anda beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.” Tafsiran Hadist tersebut telah menjelaskan tentang rukun Iman yang wajib umat muslim percayai da yakini.
Jika salah satu rukun tersebut diingkari, maka iman seorang tidak akan sah dan tidak sempurna. Perlu kita fahami bahwa Allah SWT menciptakan manusia sebagai sebaik-baiknya makhluk ciptaan-Nya.
Allah SWT berfirman, “Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang terbaik.” (QS. At-Tin [95]: 4). Dalam ayat tersebut telah dijelaskan bahwa manusia adalah salinan komprehensif dari berbagai keistimewaan yang terdapat di alam wujud. Untuk lebih memahaminya, maka perlu dipahami juga mengenai aspek kausalitas dalam rukun iman itu sendiri.
Point pertama rukun iman pada kausalitas kehidupan manusia yaitu beriman kepada Allah SWT. Substansi dari kata beriman adalah energi spiritual yang mengendalikan dan mengarahkan jiwa seseorang untuk patuh serta mematuhi apa yang dia yakini. Salah satu contoh penerapan beriman kepada Allah yaitu meyakini adanya penciptaan alam semesta, seluruh makhluk-Nya yang di bumi dan di langit, mengimani sifat-sifat Allah yang wajib, mustahil, serta yang jaiz.
Semua eksistensi tersebut ditegaskan dalam ayat-ayat kitab suci Al-Qur’an. Hakikat Allah SWT menciptakan seluruh makhluk-Nya agar kita menyadari bahwa betapa pentingnya keteguhan tauhid dalam keimanan pada diri umat manusia.
Salah satu keyakinan kita untuk meyakininya pada rukun Iman kedua yaitu beriman kepada malaikat. Malaikat merupakan makhluk gaib ciptaan Allah SWT yang terbuat dari cahaya (nur). Allah SWT berfirman, “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki.” (QS. Fatir [35]: 1).
Identitas ibadah yang dikerjakan oleh seluruh makhluk ciptaan-Nya menunjukkan keberadaan Dzat yang patut disembah secara mutlak. Dengan demikian, pengabdian tulus yang dikerjakan malaikat dan makhluk spiritual lainnya secara umum mereka telah menjelajahi seluruh semesta.
Di mana kesaksian bahwa para malaikat tidak lepas dari tugasnya yaitu beribadah dan bertasbih kepada Allah SWT, menunjukkan bukti semua makhluk ciptaan-Nya berada di bawah pemeliharaan Tuhan Pemelihara Yang Esa.
Makhluk ciptaan-Nya yang disebut malaikat sangat banyak tak terhingga jumlahnya, namun di antara jumlah malaikat yang wajib kita percayai atau yakini ada 10 setidak-tidaknya. Dengan demikian hal tersebut adalah salah satu bentuk keimanan manusia terhadap makhluk ciptaan-Nya yang diberi tugas oleh Allah untuk mengatur dan mengurus alam semesta serta tugas tertentu lainnya.
Setelah kita mengetahui kausalitas kehidupan di dunia, sumber pedoman hidup umat manusia selanjutnya terdapat pada rukun Iman ketiga, yaitu beriman kepada kitab-kitab Allah. Allah telah menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasul berupa petunjuk yang dihimpun menjadi kitab-kitab Allah.
Kitab-kitab tersebut berisikan perintah, larangan, baik dan buruk, serta nasehat dan petunjuk cara hidup dan beribadah. Sebagai umat muslim, yang beriman atas keyakinan dan keteguhan tauhid maka dari itu, kita harus meyakini bahwa kitab yang diturunkan oleh Nabi dan Rasul datangnya dari Allah SWT.
Pedoman hidup umat muslim yaitu kitab suci Al-Qur’an, dalam al-Qur’an disebutkan bahwa terdapat empat buah kitab Allah, yaitu Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as, Zabur kepada nabi Daud as, Injil kepada Nabi Isa as, dan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an yang diturunkan terakhir memiliki sifat penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya.
Karena al-Qur’an menyempurnakan Islam sebagai Rahmatan lil Alamin. Dalam surah An-Nisa ayat 136, Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada kitab (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya.”
Kemudian penjabaran tersebut dapat berorientasi kepada manfaat daripada beriman kepada kitab-kitab Allah, terutama kitab suci Al-Qur’an yaitu memberikan petunjuk serta hidayah dalam menjalani kehidupan di dunia maupun di akhirat. Allah telah menciptakan semua makhluknya agar beribadah kepada-Nya hingga hari kiamat.
Oleh: Sintya Kartika Prameswari/Alumni Unida Gontor
Lanjutan baca juga kausalitas #2