Berbicara Mengenai impian
Teringat di masa-masa kecil, kita sama-sama pernah memimpikan untuk menjadi polisi, dokter, tentara, dll., dengan polosnya. Bermimpi seakan-akan menjadi sosok-sosok itu adalah titik ideal ketika kita semakin dewasa nantinya.
Tidak jarang juga sebagian atau bahwa semua dari kita berangan-angan untuk bisa kembali memutar waktu menjadi anak kecil kembali. Karena kita semakin sadar bahwa kehidupan di masa dewaasa tidak seindah apa yang diimpikan di masa kecil.
Seberjalannya waktu, impian-impian kita di masa kecil mulai tergantikan dengan harapan hidup tenang tanpa ada beban masalah yang berarti. Tak jarang pula orang-orang terdekat kita menertawakan impian itu dan bahkan diri kita pun juga ikut menertawakannya.
Menghadapi realita kedewasaan yang kadang terasa kejam, kita justru menjadi takut untuk sekedar bermimpi. Kita takut menetapkan sebuah impian yang pada dasarnya tidak ada yang melarang kita untuk bermimpi.
Sebagian dari kita kemudian enggan untuk sekedar bermimpi mengenai masa depan, mereka sebatas berharap hari ini dapat hidup dengan tanpa masalah yang berarti. Walaupun impian itu tidak dibatasi dan tidak dipungut biaya, namun sudah terlalu banyak insan yang takut untuk sekedar mengingat-ingat impiannya yang terpendam karena benturan kenyataan.
Di sini kami hanya ingin mengingatkan, bahwa jangan lelah dan takut untuk kembali bermimpi. Tentu impian itu tidak hanya sebatas utopia semata, yang diangan-angankan dan tanpa diperjuangkan secara terukur.
Namun ketika impian itu memang belum tercapai setelah beragam upaya dan perjuangan yang dilakukan, maka jangan pernah menyerah untuk bermimpi. Barangkali memang ada arah impian yang harus sedikit dibenahi, namun jangan berpikir untuk takut menentukan impian yang besar.
Salah satu dari Trimurti Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H Ahmad Sahal dalam sebuah kesempatan pernah menegaskan bahwa jangan takut untuk bermimpi besar. Justru dosa ketika seorang mu’min takut untuk bermimpi besar dan justru sebatas berharap pada hal-hal yang kecil dalam kehidupannya.
Hal itu berdosa karena seorang hamba artinya tidak percaya terhadap keagungan dan kekuatan Allah dalam mengabulkan impian seorang hambanya. Dalam keadaan apapun, jangan pernah biarkan impian besarmu mati dan menjadi lapuk.
Walaupun hidupmu sangat berat dan sangat jauh dari bayangan ekspetasimu, namun teruslah tumbuhkan impianmu. Karena kita tidak akan pernah tahu di detik keberapa impian kita mulai tersemai satu persatu.
Siapa yang menduga penulis manuskrip Harry Potter, JK Rowling harus ditolak 12 kali oleh penerbit-penerbit besar terlebih dahulu sebelum karyanya dapat sukses seperti saat ini? Kemudian siapa yang menduga pendiri Alibaba Group, Jack Ma yang ditolak masuk KFC dan gagal 10 kali dalam ujian masuk Havard akan menjadi sosok yang sangat sukses saat ini dengan perusahaan Alibaba Group yang didirikannya?
Ada juga sebagian orang yang dinobatkan sebagai mahasiswa dengan lulusan termuda namun harus menunggu selama 10 tahun untuk menggapai impian yang dia cita-citakan setelah lulus. Ada juga mereka yang di umur 40 tahun baru membangun sebuah bisnis, bahkan ada juga yang sidah menginjak 60 tahun lebih, namun baru mulai studi sarjana.
Semua memiliki waktu dan impiannya masing-masing yang tidak bisa disamakan dan harus selalu dijaga kehidupan dari impian itu. Jangan lekas menyerah hanya karena akal rasional kita menilai bahwa ini sudah tidak mungkin lagi.
Memang barangkali tidak bisa diselesaikan dengan kemampuan manusia, namun bisa saja terjadi ketika Allah telah berkehendak untuk terjadi. Di sinilah point yang harus kita pahami dan jaga bersama dalam kehidupan kita.
Karena kaidah dalam bermimpi adalah yakin dan percaya bahwa impian kita pasti dicapaikan oleh Allah nantinya. Adapun apabila belum nampak hilalnya, mungkin Allah sedang mendesain takdir impian yang lebih memberikan makna dan hikmah kepada kehidupan kita di dunia.
Karena kadang manusia suka lupa dataran ketika di beri sayap, maka bisa saja Allah selamatkan manusia itu dengan mematahkan sayap yang dapat mencelakainya. Memang terdengar jahat, namun ingatlah perkataan Allah dalam QS al-Baqarah bahwa,
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya, “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Oleh: Krisna Wijaya