Catatan Pena

Bercerita Tentang My Nakama

Oleh: Nano D Luffy

 

Beberapa waktu yang lalu ketika masa-masa sidang proposal skripsi, teman-temanku dengan sigapnya menjalani sidang proposal skripsi satu persatu dengan gesitnya. Kala itu diriku masih jauh dari kata sidang proposal skripsi karena penolakan judul berkali-kali oleh pihak fakultas.

 

Walaupun pada akhirnya diriku mendapat kesempatan untuk sidang skripsi perdana, namun semua itu tidak didapatkan mudah dan mulus begitu saja. Butuh ditolak judulnya berkali-kali berturut-turut dahulu sebelum kemudian bisa diterima dan melesat di penghujungnya.

 

Cerita ini bermula di masa-masa di mana judul skripsiku ditolak berkali-kali oleh fakultas. Di saat yang bersamaan, satu persatu teman yang kuanggap rival sudah melaksanakan SPS (sidang proposal skripsi) dengan tiba-tiba. Sedikit termotivasi dan banyak insecure sih jadinya 😉

 

Kabar SPS-nya teman-temanku itu membuatku sempat down dan merasa insecure kala itu. Merasa diri sendiri sangat tidak berguna. Merasa tertinggal apabila dibandingkan yang lain. Merasa bahwa progres diri sendiri sangat terbelakang dan mulai meragukan diri sendiri.

 

Tentu kita paham bahwa seorang motivator sesekali juga butuh diberikan motivasi di masa-masa sulit kehidupannya. Tidak perduli siapapun motivator itu. Karena kehidupan berputar selayaknya roda, tidak ada kehidupan yang selalu di atas angin dan tidak ada kehidupan yang selalu di bawah bumi.

 

Itulah yang terjadi padaku kala itu. Walaupun diriku suka menyemangati orang lain dan selalu berusaha memotivasi orang lain untuk selalu menulis, ada kalanya juga diriku butuh untuk dikuatkan dan diberikan motivasi.

 

Di sinilah kemudian diriku terlibat percakapan kecil dengan my sobat menulis sekaligus my nakama dalam sinergi kepenulisan (nakama sebutan rekan perjuangan dalam berlayar di lautan one piece). My nakama merupakan sosok yang sesekali nampak begitu dewasa, namun sebagian besar nampak seperti anak kecil.

 

My nakama merupakan sobat sinergi diskusi kepenulisan jurnal, conferens, puisi, artikel, dan beragam kepenulisan lainnya. Tidak perlu terlalu dipuji, takutnya orangnya terbang. Pada satu waktu, kami berdiskusi mengenai esensi sebuah takdir.

 

Di moment-moment ketika teman-teman yang kuanggap rival mulai sps, kubertanya kepadanya,

 

“Berikan diriku kata-kata tentang semangat akhir sobat. Hal yg kita ekspetasikan sedikit tersandung akan realita. Temenku yg kita mau berkompetisi buat menyelesaikan secara cepat dan baik malah maju duluan lebih melesat (sudah SPS dengan cepatnya). Nampak saya ini kok tertinggal jauh.”

 

Kalimat itulah yang kurang lebih kutanyakan kepada my nakama. Berharap ada setetes pencerahan untukku tetap menguat dari jawaban darinya, maka jawaban darinya ternyata menjawab beragam permasalahan yang bergelayut manja dalam pikiranku. Dia menjawab,

 

“Termotivasi pada pencapaian orang lain itu tidak mengapa, namun merasa kecewa dengan pencapaian diri sendiri itu jangan sampai.

 

Kalau kamu merasa stagnan karena kamu tidak melakukan apa-apa itu adalah hal yang wajar. Namun apabila kamu tetap berprogres setiap hari dengan sungguh-sungguh, tetapi kadar pencapaianmu ternyata memang berbeda dari temanmu, maka jangan pernah merasa berputus asa.

 

Hal yang berkaitan mengenai takdir ini harus dikelola dengan hati-hati bersama hati. Selalu ingatlah doa yang dianjurkan oleh Nabi dengan bunyi “Allahumma raddini bi qadaika, wa barik li fima quddira li, hatta la uhibba ta’jil ma akharta wa la ta’khir ma ajalta”.

 

Artinya, Ya Allah, jadikanlah aku orang yang rida atau menerima atas ketetapanmu, serta berkahilah aku atas rezeki yang Engkau tentukan sehingga aku tak tergesa meminta sesuatu yang Engkau akhirkan, atau mengakhirkan sesuatu yang Engkau hendak percepat.”

 

Kalimat dan nasihat darinya kala itu benar-benar memberikan sebuah tetes kesadaran besar bagiku yang sedang ling-lung mengenai penerimaan sebuah takdir. Asalkan diriku tetap berusaha, maka tidak perlu risau dengan hasil yang akan di dapat.

 

Cukuplah kita memaksimalkan ikhtiar sementara hasilnya kita serahkan kepada Langit. Tidak masalah apabila pencapaiannya berbeda-beda, tidak masalah apabila dirimu gagal 10 kali di saat temanmu berhasil 10 kali. Tidak masalah ketika dirimu belum selesai di saat temanmu sudah beranjak usai.

 

Masing-masing dari kita menanam di waktu yang berbeda. Ada yang baru menanam dan ada juga yang sudah menuai. Pointnya adalah ada usaha dan ikhtiar di sebalik proses perjalanan itu. Ketika kita telah berusaha dan ikhtiar, maka cukuplah kita serahkan hasil dan ketetapan itu kepada Langit.

 

Karena kuyakin selalu ada hikmah di setiap ketetapan yang ditetapkan Langit kepada kita. Begitu juga dengan diriku yang penuh akan penolakan judul di awal, namun bisa menyelesaikan di penghujungnya perjalanan. Hal ini juga berlaku pada setiap insan yang memiliki keadaan serupa, termasuk my nakama.

 

Ketika kita sudah berjuang dan berikhtiar semampu kita, namun hal yang kita capai ternyata memang belum sesuai ekspetasi, maka ingatlah perkataan-Nya dalam QS Al-Baqarah 216,

 

وَعَسٰۤى اَنۡ تَكۡرَهُوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ خَيۡرٌ لَّـکُمۡ​ۚ وَعَسٰۤى اَنۡ تُحِبُّوۡا شَيۡـــًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّـكُمۡؕ وَاللّٰهُ يَعۡلَمُ وَاَنۡـتُمۡ لَا تَعۡلَمُوۡنَ

 

Artinya, “Dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya.”


panjang umur kepenulisan#

Researcher at Centre for Islamic Education and Contemporary Studies (CIECS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *