Senyum Anak Itu
Oleh: Krisna Wijaya
Moment kecil itu terabadikan dalam dekapan lensa
Memberi pesan bahwa impianya semakin tumbuh mendewasa
Selama beberapa tahun kebelakang dia jaga impian kecilnya
Dalam keheningan bahkan dari kebisingan suara-suara manusia
Tidak banyak yang mencoba memahaminya
Tidak banyak yang mencoba mengerti dirinya
Tidak banyak yang mencoba menguatkan perjalanannya
Dan tidak banyak yang menghargai kisah di belakang dirinya
Pribadinya selalu tersenyum tanpa pernah memperlihatkan luka yang dia balut dengan sebuah canda
Bahkan kepada orang yang dengan sengaja menyakitinya
Beberapa mungkin pernah mendapat “diam” darinya
Tapi pahamilah itu terjadi karena engkau bersikap semena-mena
Ingin mengetahui kisahnya?
Mari kita bercerita, ucapnya pada para pembaca
Namun bukan berarti harus mendakwa dirinya seperti di kursi pengadilan negara
Apalagi sampai seperti hakim kepada seorang terdakwa
Aku bercerita kepada siapapun yang dewasa dan saling mendewasa
Sebelum kuberkata berhenti, mereka telah memilih henti tuk menjagaku dari sakit hati
Mereka paham mana yang boleh dijamah dan mana yang hanya dipandang tanpa perlu diklarifikasi
Namun tidak perlu risau tuan dan puan
Sekarang, senyum anak itu telah tumbuh semakin bersahaja
Menunjukkan impiannya sedikit lebih menguat tuk melindunginya dari perkataan para manusia
Dia justru berterimakasih karenanya
Kalaulah tidak ada ungkapan dan sikap yang lucu dan penuh sandiwara menyayat luka
Mungkin saat ini takkan ada anak lelaki yang sekuat itu dihadapan pembaca
#
Walau mungkin banyak orang berpikir dia telah menyia-nyiakan waktunya
Namun senyum di titik itu telah menjelaskan bahwa dia tidak main-main dengan impian dan pilihannya
Dia akan tetap berjalan, melangkah, dan menumbuhkan impian itu ke manapun kakinya melangkah tanpa perduli perkataan para manusia
Dalam rangka ceremonial perfotoan Wisuda ang. 42 UNIDA Gontor 2024
Foto bersama guru, mentor, dan kawan diskusi, Mr. Ahmad Saifullah, Ph.D
13 Januari 2024