Menulis Bagian dari Seni
Menulis sebagai seni. Sebelum kita melangkah lebih jauh, terlebih dahulu harus tahu apa itu menulis dan seni. Menulis merupakan kegiatan untuk mengelola potensi. Menulis juga membantu dan mendorong pola pikir terutama dalam berpikir kritis serta dapat dijadikan sebagai wadah menuangkan gagasan dan ide-ide, perasaan, berdasarkan fakta atau sesuai dengan fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan.
Sejalan dengan hal tersebut, Hamir seorang filsuf Stoik dari Turki menyatakan bahwa keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan menuangkan bahasa untuk menyatakan suatu ide, pikiran atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa tulis. Banyak pemikir dan penulis sejak zaman peradaban kuno juga mengalami hal yang sama, artinya mereka juga merupakan pendahulu kita sebagai aktivis terutama dalam menulis.
Nah, yang dimaksud pemikir dan penulis pada zaman itu ialah seorang filsuf Stoik yang lahir pada tahun 55 Masehi dan wafat tahun 135 Masehi. Dia adalah seorang hamba yang lahir dari Hierapolis, di Phrygia (sekarang adalah Pamukkale, Turki ) dan kemudian tinggal hampir sepanjang hidupnya di Roma.
Karya-karyanya berjudul Discourses dan Enchiridion. Hal ini merupakan perjuangan para pemikir dan penulis dari seorang filsuf Epictetus yang berkarya dalam dunia menulis atau jurnalis pada zaman peradaban kuno serta para filsuf lain yang bergerak dalam hal ini.
Menyangkut dengan konteks diatas, menulis bagian dari seni. Setiap manusia mempunyai gaya ekspresi menulis yang berbeda, baik itu menulis; artikel, cerpen, puisi, sajak-sajak dan lain sebagainya. Selain itu, jika membicarakan seni berarti banyak yang harus dibahas, mungkin telah diketahui bersama bahwa seni mempunyai multijenis, antara lain seni sastra, seperti yang sudah tertera diatas.
Setiap orang mempunyai imajinasi untuk menuangkan suatu pemikiran dalam proses menulisnya. Dari menulis seseorang dapat mengenal dunia. Dengan menulis seseorang dapat dikenal banyak orang, hal ini terutama bagi mereka yang selalu berekspresi dalam menulis.
Setiap orang mempunyai seni dalam menulis, sejak kecil sudah dilatih oleh guru maupun orang tua tentang bagaimana cara untuk membaca, menghitung, menulis. Jadi, seni dan menulis saling berkolaborasi dalam ilmu pengetahuan. Selain itu, menyangkut dengan konteks tersebut anak-anak muda milenial Papua sudah banyak yang menjadi penulis dan sebagian juga belum ada yang berminat, mungkin sisi lain mereka lebih menguasai bidang olahraga dan lain sebagainya.
Banyak orang pintar di negara ini seperti Bj. Habibie, dan terlebih khusus anak milenial Papua banyak yang bersaing dalam dunia sains, politik, ekonomi, sosial budaya, bahkan sampai ilmuwan Papua juga ada, salah satunya George Saa.
Jadi, milenial muda Papua teruslah menulis dan menulis. Selain itu, hal yang paling penting dan paling utama dari menulis adalah membaca, karena itu merupakan dasar untuk bisa menulis, artinya menulis dengan otomatis apa yang dibaca atau diingat pada waktu itu akan lancar bagaikan air yang mengalir di sungai.
Filsuf Yunani kuno Plato juga bagian dari seorang yang gemar menulis. Selain menulis ia juga merupakan filsuf yang mengemukakan teori bentuk atau teori ide, idealis platonik, hyperuranion, metaxy, khora. Ciri-ciri karya Plato antara lain; Bersifat Sokratik. Dalam karya-karya yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan sokrates sebagai topik utama karangannya. Karya Plato yang lainnya juga berbentuk dialog. Hampir semua karya Plato ditulis dalam nada dialog.
Dalam surat VII, Plato berpendapat bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu. Oleh karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog. Itu merupakan perjalanan hidup Plato yang juga terlibat dalam bidang menulis dan menuangkan gagasan serta ide terhadap teorinya untuk merintis ilmu pengetahuan dalam menulis dan seni (Imanuel Nawipa).
-Repost dari Ganto.co