ICIS

KONSEP ISLAM REVISIONISME  (Analisis Pandangan Mun’im Sirry Terhadap Kesejarahan Al Qur’an)

Oleh: Asfa Fikriyah

Institute For Contemporary Islamic Studies

asfafikriyah29@gmail.com

 

 

 

Diskursus kajian orientalis terhadap Islam gencar dilakukan,[1] salah satunya adalah anggapan bahwa sejarah Islam mengalami problematika analisis, banyak kajian Islam awal yang menurut mereka masih bermasalah karena sumber yang minim dan baru ditulis di akhir abad serta sumber yang menurut mereka kurang valid dan belum bisa dipercaya.[2]

 

Hal itu kemudian membutuhkan analisis ulang serta ditinjau ulang dengan perspektif Barat, latar belakang antara Islam dan Barat yang berbeda dan sumber kajian yang berbeda pula kemudian menimbulkan hasil keilmuan berbeda dan sarat akan worldview Barat.

 

Naifnya, banyak kalangan ilmuan muslim yang menyetujui bahkan ikut andil dalam proses dekonstruksi ini. Salah satu ilmuwan muslim yang berkecimpung dalam kajian ini adalah Mun’im Sirry, yang mana mengajak pembaca untuk menganalisis kembali problematikan kesejarahan dengan cara pandang Revisionis.

 

Cara pandang Revisionis ini lalu menimbulkan gejolak intelektual karena kesimpulan akhir yang disampaikan olehnya. Hal ini menjadi salah satu gugatan orientalis terhadap kesarjanaan Islam bahwa perdebatan ini sangat penting untuk dianalisis dan ditinjau ulang sebagai klarifikasi dan jawaban terhadap argument yang disampaikan.

 

 

Revisionis Dan Latar Belakang Intelektual Mun’im Sirry

Mun’im Sirry merupakan seorang pengajar pada department Teologi dan peneliti di Kroc Institute for International Peace Studies, University of Notre Dame, Amerika Serikat ia mendapat gelar Ph.D. dibidang Divinity School, University of Chicago.

 

Sebelumnya ia pernah menempuh Pendidikan di TMI Al Amien, Preduan, Madura dan mendapat gelas Sarjana S1 dan S2 di International Islamic University, Islamabad (IIUI) Pakistan dan University of California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat.[3]

 

Karya-karya Mun’im Sirry sering menuangkan pemikirannya dalam berbagai buku dan jurnal-jurnal yang ia tulis diantaranya diantara jurnal Arabica, Al bayan, bulletin of the School of Oriental and African Studies (BSOAS) Interpretation, Jurnal Islamic and Cristian-Muslim Relation, Journal if Semitic Studies Journal of Southeast Asian Studies, The Muslim World, Studia Islamica, Die Welt des Islam, dll.

 

Controversies over silamic origins (2021), Sricptual Polemics (2014) editor buku New Trens in Qur’anic Studies (2019), dan Finding Beauty on the Other (2018).[4] Buku Kemunculan Islam dalam Keserjanaan Revisionis, Buku rekonstruksi setatus Tradisi intellectual Islam, dll.

 

Tidak hanya menulis, Mun’im Sirry juga aktif melakukan kajian-kajian online maupun offline yang dilakukan di berbagai Lembaga dan Universitas serta sering menyebarkan pemikirannya melalui akun Facebook yang ia miliki, berbagai komentar bermunculan baik respon positif maupun negative. Hingga banyak yang mengatakan bahwa ia merupakan seorang “Islam Revisionis”

 

Revisionis merupakan sebuah konsep darri kata “Revisio” atau “Revisi” yang berarti peninjauan kembali atau pengulangan tinjauan, secara terminologi Revisionis merupakan seseorang yang mengusulkan atau menganjurkan revisi terhadap pandangan tradisional atau mainstream tentang sesuatu peristiwa atau konsep.

 

Konsep ini banyak dipakai di dalam politik dan kesejarahan, pada pembahasan ini Mun’im Sirry mengunakan konsep revisionis dalam menganalisis kesejarahan Islam awal, ia banyak mengutip pandangan John Wansbrough dan patricia Crone dan Michael Cook sebagai pisau analisis yang dipakai.

 

Posisi Mun’im Sirry dalam kajian kesejarahan Islam dapat dilihat diantara dua kubu yang memiliki pandangan dan metode berbeda.

 

Pertama, kubu tradisonalis yang percaya secara keseluruhan mengenai sumber Islam terdahulu dan menerima secara langsung semua sumber kesejarahan Islam awal yang ditulis oleh kesarjanaan muslim.

 

Kedua, kubu revisionis radikal yang tidak menerima sama sekali sumber dari Islam dan mencari kembali sumber-sumber di luar Islam yang sezaman dengan periode Islam awal, hal ini karena mereka menganggap sumber-sumber yang ada ditulis belakangan setelah Islam datang.

 

Mun’im sirry mengatakan bahwa dirinya berada di posisi “Jalan tengah” bukan skeptik berlebihan hingga menolak sama sekali sumber-sumber Muslim, tetapi juga bukan sikap non kritis yang menerima sumber-sumber itu at face value seolah tidak ada masalah dengan tradisi Islam.[5]

 

Kajian yang dilakukan tetap mempercayai Islam sebagai agama yang benar dan bersumber dari Allah, namun dalam metodologi kajian ia menggunakan konsep revisionis, menerima sumber Islam yang kemudian menanggapi dan mengkritik dengan perbandingan sumber Barat.

 

 

Subjektivitas Pandangan Mun’im Sirry

Islam revisionis yang digagas oleh Mun’im sirry adalah sebuah penelusuran akademik yang mengajak sarjanawan Islam untuk menelusuri dan memeriksa kembali sumber-sumber Islam agar dapat menemukan kebenaran historis yang logis dan akurat.[6]

 

Karena menurutnya, kaum muslim sekarang belum dapat menemukan dan membedakan antara fakta historis dan keyakinan. Hal ini karena umat muslim menerima sumber Islam sebagai sesuatu taken for granted / bahwa Islam adalah agama yang sempurna,[7] sehingga sangat awam bagi mereka untuk menerima hal yang tidak selaras dengan kepercayaan.

 

Bahkan mereka yang dibilang progresif dan liberal cenderung bersikap apologetik saat dihadapkan pada teks Al Quran. Bagi Mun’im Sirry dalam kajian Islam revisionis, sebuah pertanyaan berkualitas sangat penting karena pertayaan yang benar akan memandu seseorang peneliti menjawab sebuah persoalan.[8]

 

Walaupun terkadang jawaban yang ia berikan belum maksimal terhadap problematika yang ia ajukan. Mun’im mengatakan bahwa umat Islam harus bersikap kritis dalam menanggapi suatu hal, karena jika tidak, maka keilmuan Islam akan mengalami stagnasi.

 

Problem subjektifitas Mun’im Sirry sangat terlihat dalam penelitiannya, di dalam beberapa buku awal yang ditulis[9] walaupun Mun’im mengaku bahwa masih mengimani Al Qur’an sebagai firman Tuhan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa Al Quran itu problematik secara sejarah.[10]

 

Sama seperti kajian bible dan kesejarahan yahudi. Mun’im memisahkan aspek teologi dan humanistik dalam kajiannya. Ia terlalu fokus pada metode historis yang menurutnya lebih real dan valid serta dapat diterima logika dibandingkan memasukkan aspek keimanan Islam dan metode keIslaman yang telah baku dan konkrit.  

 

Mun’im berkeyakinan bahwa pada awalnya Islam adalah ajaran ekumenis yang terbuka bagi berbagai agama monoteis sehingga tradisinya tidak dapat lepas dari pengaruh Yahuni dan Kristen.[11] Ia mengatakan bahwa gagasan Islam revisionis bukan untuk menggugat ajaran Islam, namun mempertanyakan otentisitas sejarah Islam yang menjadi tugasnya sebagai ilmuwan.[12]

 

Selain itu menurutnya kajian ini berguna untuk membangun dialog dan hubungan muslim dan Kristen yang diwarnai persaingan dan konflik, hal ini terjadi adanya ambivalensi pemaknaan kitab suci antara perdamaian dan kekerasan. 

 

Contoh kajian yang dilakukan oleh Mun’im Sirry adalah mengenai sejarah kemunculan Islam yang dipaparkan di buku Kemunculan Islam dalam kesarjaan revisionis adalah tiga aspek berikut: biografi Nabi Muhammad Saw yang ditulis belakangan dan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan penulis, sejarah Al Quran yang berdialog dengan kitab suci sebelumnya (Yahudi dan Kristen) dan memberikan agensi baru bagaimana Al Qur’an secara kreatif menyajikan dan menuturkan kembali kisah sesuai dengan tujuan tertentu dimana ia muncul.

 

Disamping itu dijelaskan juga ekspansi kekuasaan dalam penyebaran Islam yang mana Islam tidak terbentuk secara cepat menjadi sebuah agama, namun dengan proses yang lambat/lama dan bertahap yang mana dipengaruhi oleh ekspansi wilayah juga.

 

Mun’im berangapan bahwa berbagai narasi tradisional tentang kemunculan Islam itu lebih dimaksudkan untuk memvalidasi doktrin dan masalah hukum yang berkembang pada periode belakangan dari pada sebagai catatan sejarah dalam pengertian modern.[13]

 

Faktor utama dalam permasalahan ini menurutnya adalah Islam itu tidak serta merta menjadi agama seperti yang kita kenal sekarang, melainkan merupakan agama ekuisme yang lambat laun menjadi agama dengan proses yang cukup panjang, bahkan di masa Rosulullah, Islam belum menjadi agama, dan kristalisasi agama baru terjadi pada masa bani Umayyah.[14]

 

Semua transkrip Islam yang ditulis belakangan, yaitu sekitar 2 abad setelah Rosulullah wafat sehingga dimungkinkan terdapat pemikiran sahabat yang ikut mewarnai kajian Islam maupun orang orang yang merubah kesejarahan Islam denagn maksud dan tujuan tertentu sehingga apa yang ada dianggap sebagai salah satu dari “Salvation History” Sejarah penyelamatan.

 

 

Tanggapan atas gugatan yang diungkapkan

Kritik ketidaksetujuan para sarjanawan Islam terutama di Indonesia terhadap pendapat Mu’im Sirry mulai bermunculan, tanggapan ini disebabkan karena perbedaan metode serta hasil  Sebenarnya yang dilakukan mun’im sirry hanya membuat perdebatan dikalangan muslim dan orientalis.

 

Tidak ada manfaat yang didapat hanya menimbulkan perdebatan yang tiada ujungnya, karena mun’im sirry juga lebih mementingkan pertanyaan yang menggugah dan konservatif dibandingkan memberikan jawaban masalah yang sedang dikaji kunci utama bahasan adalah menunjukkan kepada pembaca bahwa kajian Islam probematik.

 

Ia sangat suka sekali dengan pertanyaan yang mendobrak walau tidak bisa memberi jawaban yang memuaskan di akhir pembahasan bahkan masih terkesan abstrak, sehingga tidak ada gunanya jika mengkaji sesuatu hanya untuk memberikan warna kepada kajian Islam, dan tidak memberi solusi dan kenyataan yang konkrit dalam bahasannya.

 

Kajian yang dilakukan secara tidak langsung telah mengadopsi perspektif Barat mengenai kesejarahan Islam, secara tidak langsung ia menyamakan kesejarahan Islam dengan yahudi yang mana belum mendapatkan tempatnya hingga konfrensi nicea yang mengangkat yesus menjadi tuhan mereka.

 

Munim Sirry menyatakan bahwa ia masih mengimani Islam namun apa dalam proses analisis dan penelitian yang dilakukan lebih condong kepada konsep revisionis Barat hingga menyatakan bahwa Al Quran berpolemik.

 

Subjektifitas Mun’im Sirry sangat terlihat dari pandangannya bahwa tidak ada alasan untuk menganggap sumber luar Islam lebih berguna dibandingkan dengan sumber Islam sendiri sebagai analisis historisitas Islam awal.[15]

 

Terdapat inkonsistensi yang dilakukan munim sirry dalam kajianya, ada saatnya dia tidak mempercayai sejarah dan tafsir klasik dan mengkritiknya, namun ada saatnya ia menguatkan argumennya dengan tafsir para ulama, hal ini mnegindikasikan bahwa bahan bahan ini sebagai ketidakberpijakan analisis belaka yang ia lontarkan untuk menguatkan pendapatnya terhadap sesuatu.

 

Sebagai ilmuwan muslim, seyogyanya harus selalu berhati-hati terhadap pandangan seperti ini,[16] karena sangat kontradiktif dengan fakta yang ada dan mengancam otoritas Islam sebagai agama yang benar.

 

Mun’im Sirry merupakan seorang tokoh kesejarahan Islam yang memakai pisau analisis revisionis didalam kajiannya. Walaupun dalam beberapa bukunya mun’im mengatakan bahwa masih mengimani Tuhan, namun dalam menganalisis sejarah Islam awal, ia menggunakan pendapat-pendapat orientalis yang berlandaskan worldview Barat dengan segala latarbelakangnya yang sebenarnya sangat berbeda dengan kesejarahan Islam, sehingga terjadi perbedaan perspektif dikalangan umat Islam dan mendobrak kemapanan sejarah Islam yang mempunyai metode dan analisis valid tersendiri, sehingga pendapat Mun’im Sirry tidak bisa diterima secara taken for granted dalam kajian Islam kontemporer.

 

DAFTAR PUSTAKA  

[1] Saifullah, “Orientalisme Dan Implikasi Kepada Dunia Islam,” Orientalism and Implication Toward Islamic World 10, no. 10 (2020): 166–89. Hal 1

[2] Rizki Ulfahadi and Reynaldi Adi Surya, “Pandangan Orientalis Terhadap Sejarah Islam Awal,” Ushuluna: Jurnal Ilmu Ushuluddin 1, no. 2 (2020): 184–201, https://doi.org/10.15408/ushuluna.v1i2.15297. Hal 189

[3] Mun’im Sirry, Kemunculan Islam Dalam Kesarjanaan Revisionis, ed. Vita Agustina, 1st ed. (Bandung: Suka Press, 2017). Hal 335

[4] Mun’im Sirry, Rekonstruksi Islam Historis :Pergumulan Kesarjanaan Mutakhir, 1st ed. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Press, 2021). Hal 414

[5] Mun’im Sirry, Kemunculan Islam Dalam Kesarjanaan Revisionis,… Hal 54

[6] Muhammad Rafii, “Memahami Konsep Islam Revisionis Menurut Mun’im Sirry,” Nizham 9, no. 1 (2022): 1–10. Hal 1

[7] Mun’im Sirry, Rekonstruksi Islam Historis :Pergumulan Kesarjanaan Mutakhir,… Hal 46

[8] Mun’im Sirry, Rekonstruksi Islam Historis :Pergumulan Kesarjanaan Mutakhir,…  Hal

[9] Dua buku Mun’im Sirry yang berjudul kemunculan Islam dalam Kesarjanaan Revisionis dan Polemik kitab suci, merupakan kajian dengan menggunakan pisau analisis Revisionis dalam mengkaji sejarah Islam dan Al Qur’an, dalam buku ini subjektifitas Al Quran sangat terlihat dengan banyaknya referensi orientalis dan sumber sumber Yahudi dan Kristen serta analisis kritis terhadap sumber keIslaman sebagai penguat argumennya sebagai revisinos muslim.

[10] Mun’im Sirry, Polemik Kitab Suci, 1st ed. (Jakarta: PT Gramedia, 2013). Hal

[11] Mun’im Sirry, Kemunculan Islam Dalam Kesarjanaan Revisionis,… Hal 251

[12] Muhammad Rafii, “Memahami Konsep Islam Revisionis Menurut Mun’im Sirry,… Hal 2

[13] Mun’im Sirry, Kemunculan Islam Dalam Kesarjanaan Revisionis,… Hal 4

[14] Mun’im Sirry, Kemunculan Islam Dalam Kesarjanaan Revisionis,… Hal 70

[15] Mu’amar Zayn Qadafy, “Kontroversi Islam Revisionis: David S.Power, Zayn Ibn Haritsah, Dan Tertutupnya Pintu Kenabian,” Nun 4, no. 1 (2018): 45–82., Hal 66

[16] Muttaqin Muttaqin and Moh Agung Fambudi, “Kritik Orientalis Dalam Aspek Ontologis Studi Al-Qur’an,” Al-Adabiya: Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan 17, no. 2 (2022): 187–200, https://doi.org/10.37680/adabiya.v17i2.2470. Hal 196

Researcher at Centre for Islamic Education and Contemporary Studies (CIECS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *