Body Image dalam perspektif Islam
Oleh: Reza Kurniawan
Generasi pada era ini tumbuh dalam dunia yang dipengaruhi oleh kecanggihan teknologi dan media sosial, seperti Facebook, Instagram, Tiktok, Youtube. Bahkan beberapa di antaranya sudah terpapar atau mengenal media sosial sejak masa kanak-kanak.
Bersumber dari databoks.com, Facebook dan Instagram menjadi dua media sosial yang paling sering diakses di Indonesia. Tercatat setidaknya pengguna Facebook dan Instagram berjumlah 79% dari masyarakat Indonesia di mana 80% di antaranya berusia remaja.
Aplikasi media sosial tersebut memiliki fitur untuk berbagi foto atau video sehingga menjadi daya tarik untuk dimainkan oleh masyarakat khususnya anak remaja. Selain memberi kebermanfaatan, ternyata media sosial juga membawa dampak buruk terhadap psikologis seseorang, yaitu peningkatan risiko Body Image (citra tubuh) yang buruk.
Di antarnya seperti insecure terhadap bentuk tubuh, berat badan, wajah, rambut, warna kulit dan lain sebagainya. Body Image (Citra tubuh) yang negatif ini tidak hanya dialami oleh remaja yang baru saja mengalami masa pubertas, namun hal itu juga berlaku terhadap orang dewasa.
Ketika seseorang mengalami perubahan fisik yang signifikan dalam tubuh mereka sejak masa pubertas, mereka cenderung mengalami persepsi yang sangat dinamis terhadap citra tubuh mereka sendiri. Dengan body image yang negatif, tidak jarang memicu terjadinya stres, depresi dan ganguan kesehatan mental lainnya.
Dan Sejauh pemahaman dari hasil bacaan yang ada, ternyata fenomena Body Image negatif ini sering kali dialami oleh kaum perempuan di mana perempuan cenderung tertarik pada konten-konten kecantikan dari fitur sosial media.
Dari konten tersebut memunculkan ideal self (yaitu kondisi di mana seseorang ingin melihat dirinya seperti apa yang diinginkannya). Kemudian dari ideal self lahirlah istilah body goals (bentuk tubuh Impian) di kalangan remaja sehingga body image (citra tubuh) dirasa sebagai hal yang sangat penting.
Berdasarkan pemaparan masalah tersebut, peneliti tertarik untuk menggali lebih mendalam terkait fenomena body image atau citra tubuh ini dalam perspektif Islam, serta bagaimana Islam memberikan jawaban atau solusi atas isu tersebut.
Pengertian Body Image?
Istilah body image pertama kali diungkapkan oleh Paul Ferdinan Schilder pada tahun 1920. Dia merupakan seorang ahli psikiatris asal Austria. Catatan hidupnya mengatakan bahwa dia merupakan anggota dari Vienna Psychoanalytic Society, yaitu sebuah komunitas yang dibangun oleh Sigmund Freud.
Mengenai Body Image, Paul Schilder menjelaskan bahwa Body Image adalah sebuah Gambaran mengenai tubuh kita yang mana hal itu terbentuk dari pikiran kita sendiri. Peneliti lainnya juga menjelaskan, body image atau citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, penilaian-penilaian, sensasi-sensasi, kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya.
Body image juga bisa dikatakan sebagai attitude, pandangan, kepercayaan, dan persepsi seseorang terhadap fisiknya.[1] Body image juga bisa berarti bagaimana seseorang berpikir tentang apa yang orang lain lihat tentang tubuh/diri mereka.
Sederhananya, body image merupakan penilaian diri secara sadar atau persepsi seseorang terhadap bentuk tubuhnya sendiri. Sebenarnya penelitian tentang body image dalam dunia psikologis pada zaman ini telah mengalami perubahan yang signifikan.
Mengutip dari Encylopedia of Body Image and Human Appearance, karangan Thomas Cash, disebutkan bahwasanya penelitian tentang body image mulanya berlandaskan pada penelitian seseorang yang memiliki permasalahan dengan makanannya.
Sederhananya, pembahasan awal tentang body image ini hanya seputar gizi dan permasalahan badan seperti tubuh yang memiliki banyak lemak, bahaya obesitas, diet, kecanduan gula, gangguan makan dan lain sebagainya. Kemudian seiring berjalannya waktu, fokus pembahasannya berkembang hingga memasuki ranah psikologis.
Perubahan penting lainnya di abad ke-21 tentang body image ini adalah meningkatnya minat para akademis terhadap faktor-faktor yang memperngaruhi keinginan seseorang untuk memiliki tubuh yang ideal (ideal body), seperti berotot, langsing, kulit bersih dan lain sebagainya.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Body Image
a. Media Masa
Secara tidak langsung media massa seperti TV, koran, Youtube, dan social media menciptakan citra tubuh yang negatif karena media massa kerap menampilkan gambaran ideal mengenai sosok (figure).
Akibatnya orang-orang menetapkannya sebagai body goals yang kerap ditiru dan dijadikan standar kecantikan bagi perempuan maupun laki-laki. Di antara keinginan tubuh ideal tersebut seperti tubuh yang kurus, cantik, kulit putih dan bersih, badan yang kekar dan lain sebagainya.
b. Pengaruh Sosial
Konsep pembentukan citra tubuh bergantung terhadap proses sosialisasi, seperti adanya pengaruh dari teman sebaya yang menjadikan individu ikut terpengaruh didalamnya. Lingkungan sekolah misalnya, apabila ada siswa yang penampilan fisiknya kurang mearik akan cenderung tersisihkan dari pergaulan.
Keadaan seperti ini menyebabkan banyak remaja merasa prihatin akan pertumbuhan tubuhnya apabila tidak sesuai dengan standar citra penampilan ideal yang berlaku. Kemudian perlakuan yang diterima remaja dari lingkungannya akan mempengaruhi kesan akan citra tubuhnya hingga dewasa. Hal ini kemudian lama kelamaan akan menurunkan rasa kepercayaan dirinya.
c. Keluarga
Proses pembelajaran body image sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain di luar individu sendiri, salah satunya adalah keluarga. Keluarga terutama orang tua memengaruhi perkembangan body image pada anak-anak melalui modeling, instruksi, dan umpan balik.
Orang tua yang terpengaruh oleh berbagai iklan yang mengagungkan tubuh langsing dan indah, kulit putih cerah, berambut lurus, sehingga mereka menjadi khawatir jika tubuh anak perempuannya berkembang tidak seperti yang dipromosikan oleh media massa.
Harapan, pandangan dan pesan secara verbal atau nonverbal dalam keluarga juga berkontribusi terhadap pembentukan body image. Seperti halnya ketika ada seorang ibu yang mempunyai kriteria penampilan yang tinggi, hal tersebut akan memberikan pengaruh pada anaknya atau anggota keluarga lainnya pula.
d. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Terkadang hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik.
Kemudian secara umum body image dibentuk dari perbandingan yang dilakukan individu atas fisiknya sendiri dengan standar ideal yang dikenal oleh lingkungan sosial dan budaya. Salah satu penyebab kesenjangan antara body image ideal dengan keadaan tubuh yang nyata sering kali dipicu oleh media masa.
Media masa banyak menampilkan bintang-bintang idola dengan tubuh yang nyaris sempurna. Hal inilah yang sering membuat orang-orang merasa cemas dengan penampilannya dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya.[2]
Macam-Macam Body Image
Terdapat dua macam jenis body image yaitu body image negatif dan body image positif. Pertama, body image positif adalah persepsi seseorang yang puas terhadap bentuk tubuhnya, seseorang yang memiliki body image positif akan mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan dan kesehatan.[3]
Individu yang memiliki ciri body image yang positif adalah mereka yang menghargai tubuhnya dan memahami bahwa penampilan fisik seseorang hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter dan nilai dari seseorang. Selain itu mereka juga melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Apabila perempuan memiliki persepsi yang positif terhadap tubuhnya dan penampilannya, maka akan timbul rasa puas dan percaya diri.[4] Walaupun badannya tidak sesuai dengan standar kecantikan yang ada di masyarakat. Karena Orang yang memiliki positif body image merasa bahwa dirinya lebih dari sekadar penampakan dari luar.
Kedua, body image negatif (body dissatisfaction) adalah persepsi seseorang yang merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya membandingkan dengan yang lain dan merasa malu dan cemas tentang tubuh yang dimiliki sehingga ia tidak puas dengan dirinya, menjadi sulit menerima diri apa adanya, kurang percaya diri, responsif terhadap pujian, peka terhadap kritik dan pesimis bahkan merasa bahwa ada beberapa bagian dari tubuhnya yang harus diubah.[5]
Besarnya kesenjangan antara body image ideal dengan body image nyata merupakan indicator adanya ketidakpuasan terhadap citra tubuh diri sendiri. Sehingga hal itu memunculkan keinginan untuk melakukan segala cara dalam memperbaiki penampilannya.
Karena ketidakpuasan terhadap badannya, orang itu bisa saja sampai depresi, merasa cemas, dan mengidap penyakit eating disorder (gangguan makan). Lantas bagiamana islam memandang adanya isu body image ini? Apakah boleh seseorang melakukan perubahan beberapa bentuk tubuh yang mereka miliki hanya untuk kepuasan semata?
Perspektif Islam terhadap Isu Body Image
1. Memahami Identitas Diri dengan Benar
Islam adalah agama yang sempurna. Segala hal telah diatur sedemikian rupa dengan jelas ketentuan dan hukumnya secara mutlak. Kecantikan fisik misalnya, dalam Islam kecantikan fisik bukanlah hal utama yang harus selalu dikejar karena Allah tidak memandang rupa, karena dalam pandangan Allah hal yang membedakan manusia dengan manusia lainnya adalah tingkat ketakwaannya, sebagaimana QS. al-Hujurat: 13
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.
Kemudian hal tersebut juga sejalan dengan sabda Nabi Muhammad Saw,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kalian.”
Jadi, bagiamana Islam memandang adanya isu body image ini khususnya perihal kecantikan, adalah Islam tidak mengutamakan yang namanya kecantikan fisik semata, namun yang paling penting adalah kecantikan dari dalam hati dan akhlak yang baik, amal perbuatan, kebaikan hati, dan bermanfaat bagi sesama manusia.
Lantas Apakah boleh seseorang melakukan perubahan beberapa bentuk tubuh yang mereka miliki hanya untuk kepuasan semata?
Mengubah ciptaan Allah ada yang diperbolehkan ada yang tidak, diperbolehkan. Boleh mengubah yaitu apabila mengubah wajah atau badan yang mengalami kecacatan dari lahir dan sangat mengganggu aktivitas tubuh sehari-hari atau mengalami luka akibat kecelakaan seperti bibir sumbing atau lain sebagainya.
Sedangkan yang tidak diperbolehkan adalah mengubah wajah dan tubuh untuk kepentingan kecantikan dan keindahan diri, seperti tato, sulam alis merapikan atau merenggangkan gigi, oprasi plastik dan lain sebagianya hal tersebut dihukumi haram dan tidak disukai Allah swt. Karena hal terbesut dilakukan hanya untuk kesenangan semata dan kepuasan diri.
Seperti Hadits Rasulullah SAW sebagai berikut.
لَعَنَ اللهُ الْوَاصِلَةَ وَ الْمُسْتَوْ صِلَة ، وَالْوَاشِرَةَ وَالْمُسْتَوْ شِرَة، وَالْوَ اشِمَةَ وَالْمُسْتَوْ شِمَة ، وَالْمُتَنَمِّصَات وَالْمُتَفَلِّجَات لِلْحُسْنِ الْمُغَيِّرَ اتِ خَلْقَ اللهِ
Rasulullah SAW bersabda, “Allah melaknat perempuan yang menyambung rambut, perempuan yang membantu menyambung rambut, perempuan yang menajamkan gigi, perempuan yang membantu menajamkan gigi, perempuan yang membantu menajamkan gigi, perempuan yang menato tubuh, perempuan yang membantu menato tubuh, perempuan yang mencabut alis, perempuan yang merenggangkan gigi demi berhias yang mana mengubah ciptaan Allah”.
2. Selalu Bersyukur dan Berprasangka Baik
Syukur merupakan suatu bentuk sikap terima kasih kepada Allah atas segala hal yang telah Ia berikan kepada hamba-Nya. Syukur pun berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan.
Bersyukur dengan hati yaitu mengakui di dalam hati bahwa kenikmatan yang diperoleh merupakan karunia dari Allah, bukan karena kehebatan diri sendiri. Bersyukur dengan lisan, yaitu memuji Allah atas karunia yang diberikan-Nya kepada kita dengan mengucapkan lafadz hamdalah.
Bersyukur dengan anggota badan atau bisa juga disebut dengan perbuatan, yaitu memanfaatkan apa yang sudah diperoleh untuk mengabdi kepada-Nya. Syukur yang dilandasi dengan hati, lisan dan anggota badan ini yang akan melahirkan sifat ikhlas dan jiwa sosial yang tinggi yang didasarkan karena Allah. Selain itu bersyukur juga merupakan sesuatu yang harus diaplikasikan dengan sikap.
Berkaitan dengan isu body image ini, Dalam surat at-Tin ayat 4, telah dijelaskan bahwa Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Maka Mencintai tubuh menjadi suatu keharusan dalam mensyukuri nikmat Allah. Serta Merawat dan menjaga kesehatan tubuh merupakan contoh aplikasi rasa syukurnya yang nyata.
Bersyukur merupakan salah satu bentuk manifestasi perilaku dari emosi positif, sehingga syukur bertolak belakang dengan emosi negatif seperti marah, cemas, cemburu, terlalu terobsesi dan bentuk emosi negatif lainnya.
Begitu juga kaitannya dengan body image. Seseorang yang memiliki body image negatif, maka ia akan berusaha untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan tubuhnya sesuai dengan standar ideal yang diharapkan.
Namun umumnya seseorang yang memiliki body image negatif lebih cenderung tidak gampang puas dengan suatu hal yang dimilikinya, sehingga hal tersebut memicu tumbuhnya keinginan-keinginan yang lebih sehingga dapat pula dikateorikan sebagai wujud obsesi.
Sedangkan seperti yang telah dijelaskan di atas, obsesi itu sendiri merupakan suatu emosi negatif yang bertolak belakang dengan syukur. Orang yang bersyukur menyikapi kekurangan tubuhnya yaitu dengan emosi positif seperti halnya tetap berterimakasih kepada Allah atas segala yang telah ia miliki dan tidak mudah kecewa karena yakin bahwa segala yang diberikan Allah saat ini merupakan ketetapan yang terbaik baginya.
Fenomena body image dalam perspektif Islam menggarisbawahi tentang pentingnya memahami bahwa Islam tidak hanya mengajarkan tentang citra tubuh yang sehat dan harmonis, tetapi juga mengajak untuk mencapai kesempurnaan spiritual melalui penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, serta memahami kelebihan dam menerima keurangan diri sendiri.
Dalam konteks ini pemahaman yang mendalam terhadap nilai nilai agama dapat membimbing individu untuk mencapai keseimbangan holistic, yang tidak hanya mencakup aspek fisik tetapi juga psikologis dan spiritual.
“YOU ARE PRICELESS IN THE SIGHT OF ALLAH, BECAUSE TRUE BEAUTY IS THE BEAUTY OF CHARACTER. AND HOW THE CREATOR SEES YOU IS HOW YOU SHOULD SEE YOURSELF”
[1] Gita safitri
[2] Dinar Saurmauli, Kadek Tresna Adhi, dkk, Modul Pendidikan Kesehatan dan Pemenuhan Gizi Seimbang Pada Remaja Putri (Denpasar: Panuduh Atma Waras, 2021), 27-28.
[3] Asnuddin dan Sanjaya, “Hubungan Tingkat Kecemasan dan Body Image dengan Pola Makan Remaja Putri Di Sma Negeri 2 Sidrap,” Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah,Vol. 7 No. 2 Desember 2018.
[4] Ruslia Isnawati, Pentingnya Problem Solving Bagi Seorang Remaja (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2020) 121.
[5] Asnuddin dan Sanjaya, “Hubungan Tingkat Kecemasan dan Body Image dengan Pola Makan Remaja Putri Di Sma Negeri 2 Sidrap,” Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah,Vol. 7 No. 2 Desember 2018.